Bukan berbicara yang mengandung SARA atau apa pun itu. Bukan pula
untuk membanding-bandingkan etnis lainnya. Karena sebentar lagi akan
dirayakan hari raya Imlek, tidak ada salahnya artikel ini dibuat untuk
mengingat kebiasan-kebiasaan baik etnis Tionghoa. Di sini kami hanya
ingin sekedar memaparkan kebiasaan etnis Tionghoa yang bisa dikatakan
memiliki etos kerja yang sangat mumpuni.
Banyak di sekeliling kita yang pastinya sering melihat, banyak etnis
Tionghoa memiliki usaha yang bukan hanya satu toko, namun beberapa toko
dalam satu mol atau dalam satu lingkup wilayah tertentu, toko yang ada
memang milik dia semua.
Jika sering melihat ke toko ponsel, Anda juga pasti sering melihat,
bahwa etnis Tionghoa si pemilik toko, mempunyai beberapa toko, sehingga
jika di toko satu barang yang diinginkan pembeli tidak ada stoknya, dia
bisa segera menelpon ke toko lainnya. Tidak hanya toko ponsel, namun
toko bahan bangunan juga kerap kali si empunya toko adalah orang etnis
Tionghoa. Begitu juga dengan bengkel otomotif, banyak dari mereka yang
membuka usaha di bidang ini. Walaupun terkadang, di salah satu wilayah
terkadang terdapat beberapa toko dengan pemilik yang berbeda-beda, namun
mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mungkin prinsip mereka
sama, rezeki sudah ada yang mengatur. Jadi, walaupun saingan banyak,
namun mereka tidak putus asa, melainkan harus memberikan yang terbaik
bagi setiap pelanggan yang datang.
Itu hanya sedikit dari sikap atau kebiasaan mereka dalam menjalani
kehidupannya sebagai seorang pengusaha. Masih banyak teladan yang bisa
diambil dari kebiasaan-kebiasaan baik mereka, sehingga kita pun bisa
menirunya terutama dalam hal mengelola keuangan. Melngkapi hal tersebut,
berikut ada beberapa kebiasaan etnis Tionghoa dalam mengatur keuangan
yang bisa atau bahkan patut kita tiru.
1. Hemat merupakan sebuah kebaikan
Menghargai uang dan berusaha selalu hemat tidak bisa dilepaskan dari
nilai kepercayaan masyarakat etnis Tionghoa. Dari 8 kebajikan yang
dianut oleh pemeluk Konghucu di Tiongkok, nilai ‘Berbakti Pada Orang
Tua’ dan ‘Menjaga Integritas’ sangat dekat dengan nilai hemat yang
membuat masyarakat Tiongkok mampu mengatur uang yang dimilikinya.
Berbakti untuk orang tua adalah bagaimana seseorang bisa menjaga
sumber daya yang dimiliki keluarga demi kepentingan masa depan. Haram
hukumnya seorang anak membelanjakan harta keluarganya secara berlebihan.
Jika ia belum mampu memberikan sesuatu untuk keluarga, maka jalan
terbaik yang bisa ditempuh adalah dengan tidak menghamburkan harta kedua
orang tuanya.
Menjaga Integritas itu dapat diartikan seperti, sesuatu yang tidak
menjadi hak pribadi sama sekali tidak boleh diambil. Walaupun, suatu hal
sudah menjadi hal pribadi, seseorang perlu menggunakannya dengan hemat
dan hati-hati. Agar tidak memberikan dampak buruk bagi orang di
sekitarnya.
2. Menabung sebanyak 50% dari penghasilan
Untuk menghemat mereka juga kerap menabung, biasanya 50% dari
penghasilan, langsung mereka tabungkan. Etnis Tionghoa percaya bahwa
dengan menabung setengah dari seluruh pendapatan yang mereka punya dapat
menjamin kelangsungan hidup ke depannya. Menggunakan uang sesuai
kebutuhan serta sikap enggan berfoya-foya inilah yang menjadikan etnis
Tionghoa selalu terjaga keuangannya. Haram hukumnya bagi etnis Tionghoa
untuk memakai uang secara berlebihan. Mereka sebisa mungkin akan
mengelola keuangan agar tidak ada yang digunakan secara sia-sia.
3. Sebisa mungkin tidak melakukan yang namanya hutang
Berhutang adalah hal yang tidak wajar bagi etnis Tionghoa. Enggan
berhutang ini juga didasarkan pada praktik penetapan suku bunga yang
sangat longgar oleh pemerintah Tiongkok. Pemerintah dapat
menaik-turunkan suku bunga pinjaman sesuai situasi ekonomi.
Kondisi ini membuat mereka menjadi tidak aman di kala mereka
melakukan pinjaman. Yang mereka takutkan adalah, ketika kondisi ekonomi
memburuk, suku bunga pinjaman ikut melonjak.
Walaupun mereka menggunakan kartu kredit,
akan tetapi, kerugian serta keuntungan sudah harus ditimbang seara
matang. Mereka menggunakannya hanya untuk yang sudah jelas jumlahnya
seperti cicilan atau belanja bulanan. Hal tersebut dilakukan agar
menghindari pembengkakan tagihan.
4. Selalu menawar dan cermat sebelum membeli suatu barang
Mereka tidak akan pernah ragu dan membuang jauh-jauh gengsi untuk
sekedar menawar harga sebuah barang yang diinginkan demi mendapatkan
harga yang paling masuk akal menurut mereka. Mereka paham cara
membelanjakan uang dengan cerdas. Untuk membeli suatu barang, mereka
akan memikirkannya jauh ke depan, seperti, spesifikasi terbaik terhadap
barang yang akan dibeli apakah sesuai dengan uang yang akan dikeluarkan
nantinya, bagaimana perawatan barang tersebut ke depannya. Mereka tidak
rugi untuk membeli sesuatu dengan sedikit lebih mahal karena
pertimbangannya dengan biaya perawatan yang akan jarang mereka
keluarkan. Dibanding membeli yang lebih murah namun akan lebih sering
mengeluarkan biaya perbaikan.
5. Manajemen keuangan yang konsisten
Point penting terakhir adalah konsistensi. Dengan sikap konsisten,
kelak kemapanan finansial pasti tercapai. Anda tidak akan bisa bebas
secara finansial jika hanya bertahan menabung dalam tiga bulan awal saja
dan sisanya Anda hidup dengan menghambur-hamburkan uang Anda. Daripada
membuang-buang uang, lebih baik Anda menggunakannya investasi. Jangan
pernah tergoda untuk hidup mewah jika Anda belum mampu untuk mencapai
itu. Yakin, dengan hidup sederhana dan cerdas dalam mengelola uang
secara konsisten Anda akan sampai pada kondisi keuangan yang mapan.
Konsistensi, kerja keras dan kecerdasan. Tanpa adanya hal-hal
tersebut seberapa besar pun gaji yang Anda terima, pasti akan habis
begitu saja dan berakhir dengan sia-sia. Patutlah Anda menerapkan
kebiasaan-kebiasaan baik itu dalam keseharian Anda ketika mengelola
keuangan.
Sumber :aturduit
Silakan share jika bermanfaat >>>
0 Response to " Mengikuti Jejak Etnis Tionghoa Dalam Mengatur Keuangan"
Post a Comment