Beberapa hari menjelang tanggal 25 Desember sudah mulai terlihat persiapan perayaan Natal di sejumlah tempat umum. Baliho-baliho pun bertebaran untuk menyambut kedatangan Natal yang biasanya digabungkan dengan ucapan Selamat Tahun Baru. Beberapa pusat perbelanjaan juga tak ketinggalan, untuk menunjukkan atribut-atribut Natal guna memeriahkan perayaan ini.
Layar-layar kaca TV sudah mulai dipenuhi nuansa Natal dan menjajakan
program yang membuat para penontonnya terbius. Gemerlap terlihat di
sana-sini seolah-olah memperlihatkan bahwa perayaan Natal 25 Desember
adalah sebuah ritual yang berlandaskan Alkitab. Meminjam kalimat yang
dipakai Hj.Irena Handono dalam bukunya yang berjudul “Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma dan Toleransi”
bahwa perayaan Natal itu dapat menunjukkan status sosial seseorang.
Seolah orang yang merayakan Natal mendapatkan status sosial yang tinggi
dan membanggakan dalam agama mereka.
Suatu hal yang membuat miris adalah adanya sebagian umat Islam yang
merasa perlu mengapresiasikan rasa toleransi dengan “sekadar”
mengucapkan selamat Natal. Adapun pembahasan hukum mengucapkan selamat
natal bisa dilihat di sini. Naudzubillah tsumma naudzubillah jika ada umat Islam yang ikut merayakannya.
Melihat realitas perayaan Natal yang begitu gemerlap ternyata berbeda jauh dengan sejarah Natal 25 Desember yang begitu buram. Herbert W. Armstrong, salah seorang pebisnis, industriawan ilmuwan sekaligus pastur di Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat pernah menulis sebuah buku yang membahas tuntas sejarah Natal. Buku ini berjudul “The Plain Truth About Christmas” dan telah diterjemahkan oleh Masyhud SM.
Dalam buku setebal 21 halaman ini, awalnya Herbert bercerita akan
kenangan Natal di masa kecilnya. Kemudian dilanjutkan data dan fakta
mengenai sejarah Natal yang sebenarnya. Dimana pada saat ini hampir
semua umat Kristiani berpendapat dan mengira bahwa semua upacara dan
kebiasaan itu berasal dari gereja dan ajaran Alkitab. Kemudian,
bagaimanakah sebenarnya asal-usul perayaan Natal 25 Desember itu?
Sejarah Natal
Kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara
istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk
memperingati hari kelahiran Isa Al Masih- yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 M oleh Paus
Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi
momentum penyembahan Dewa Matahari. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25
Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).
Penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus sebenarnya bukanlah perintah Yesus dan tidak ada dalam Alkitab.
“ Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan
semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma.
Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu
bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para
muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran
Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara
adat masyarakat penyembah berhala.” Tulis Herbert pada halaman 3.
Kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai
oleh imperium Romawi yang paganis politheisme. Nah, pada abad ke-4
perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik. Bahkan hal ini
telah dikemukakan sendiri oleh pihak Katolik Roma dalam Catolic
Encyclopedia, edisi 1911 dengan judul Christmas disebutkan
“Christmas was not among the earliest festivals of Church … the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas.”
” Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja … bukti
awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini
diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari
ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Dalam buku yang sama, dengan judul ” Natal Day” Bapak Katolik pertama mengakui bahwa
“In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or
held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh
and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were
born into this world.”
”Di dalam kitab suci tidak ada seorang pun yang mengadakan
upacara atau penyelenggaraan perayaan untuk merayakan hari kelahiran
Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang
berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of the church… It
was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It
was picked up of afterward from paganism.”
“Natal bukanlah upacara – upacara awal gereja. Yesus Kristus atau
para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab)
juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari
kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:
“Christmas…It was, according to many authorities, not celebrated
in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage
in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than
their birth…” (The “Communion,” which is instituted by New Testament
Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) “…A feast was
established in memory of this event (Christ’s birth) in the fourth
century. In the fifth century the Western Church ordered it to be
celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of
Sol, as no certain knowledge of the day of Christ’s birth existed.”
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah
dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan
hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan
hari kelahiran orang tersebut..” (“Perjamuan Suci” yang termaktub dalam
Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.)
“…Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai
diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat
memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus,
yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari ”Kelahiran
Dewa Matahari.” Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran
Yesus.”
Data dan fakta di atas membuktikan bahwa perayaan Natal belum pernah
dikenal pada saat lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau
tiga ratus tahun kemudian. Sekali lagi, perayaan Natal baru mulai
dikenal dan diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja
setelah abad ke-4. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan
untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.
Proses Natal Masuk ke Gereja
New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan dengan jelas sebagai berikut:
“How much the date of the festival depended upon the pagan
Brumalia (Dec.25) following the Saturnalia (Dec.17-24), and celebrating
the shortest day of the year and the ‘new sun’… can not be accurately
determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched
in popular custom to be set aside by Christian influence…The pagan
festival with its riot and merrymaking was so popular that Christians
were glad of an excuse to continue its celebration with little change in
spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East
protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday
was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western
brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this
pagan festival.”
“Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan
kafir Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia
(17-24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta festival
menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan
Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu diambil
Kristen…Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah
jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat
menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala
ini. Di samping itu Kristen Mesopotamia menuding Kristen Barat telah
mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari.”
Telah sedikit dibahas di atas bahwa Romawi yang paganis dan
politeisme menguasai dunia menjelang abad pertama hingga abad keempat.
Saat itu para pemeluk agama Kristen dikejar-kejar dan disiksa oleh
penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian
memeluk agama Kristen Katolik pada abad ke-4 M. Saat itulah rakyatnya
ikut berbondong-bondong masuk ke dalam agama kaisar.
Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Kristen
Katolik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pagannya, apalagi
terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari: day=hari)
yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember. Maka supaya agama
Kristen Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi
diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyembahan berhala),
dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus).
Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan
tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan :
- Pertama, hari kelahiran Dewa Matahari Roma yaitu hari Minggu (Sunday) dijadikan pengganti hari Sabat.
- Kedua, tanggal kelahiran Dewa Matahari yaitu 25 Desember menjadi tanggal kelahiran Yesus.
- Ketiga, lambang Dewa Matahari yakni Silang Cahaya (Salib) dijadikan lambang Kristen.
- Keempat, patung-patung Yesus dibuat untuk menggantikan posisi patung Dewa Matahari.
- Kelima, menggabungkan semua upacara yang dilakukan pada perayaan kelahiran Dewa Matahari kedalam ritual agama Kristen.
Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh
orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang. Dimana sejatinya
perayaan itu adalah kepercayaan paganis politeisme ajaran tentang dewa
Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember.
Asal-Usul Natal
Sebenarnya konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada
tanggal 25 Desember disalib/dibunuh kemudian dibangkitan, sudah ada
sejak zaman purba. Jika kita telusuri dengan seksama mulai dari ayat
Al-kitab sampai pada sejarah kepercayaan Bangsa Babilonia kuno, maka
akan ditemukan bahwa ajaran ini berasal dari kepercayaan berhala yang
dianut masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod.
Nimrod cucu Ham, anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan
masyarakat Babilonia kuno. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani)
berasal dari kata “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau Murtad antara lain dengan keberaniaannya mengawinkan ibu kandungnya sendiri bernama “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu sekaligus istrinya. Maka
setelah Namrud mati, Semiramis menyebarkan ajaran bahwa roh Namrud tetap
hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya
perumpamaan pohon “Evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu mati.
Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu
hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di
ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan
tanggal 25 Desember. Inilah asal usul pohon Natal.
Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat
Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai “anak suci dari surga”.
Putaran jaman menyatakan bahwa penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi “Mesiah palsu”, berupa dewa “Ba-al” anak dewa matahari dengan objek penyembahan ‘Ibu dan Anak (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali.
Ajaran tersebut menjalar ke negara lain seperti di mesir berupa “Isis dan Osiris”, di Asia bernama “Cybele dan Deoius”. Di Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, “Kwan Im” di Cina, Jepang dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa “Madonna” dan lain-lain.
Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember,
dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib)
dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa)
- Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga dinyatakan dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
- Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
- Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
- Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa pendududk asli tanah Kana’an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
- Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.
Demikian juga Serapsis, Attis, Issis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele
dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa
yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter.
Nah, konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan
mempunyai tiga pribadi dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan
masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya.
Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus.
Bahkan, terkait dengan perayaan Natal ini Paulus mengakui dengan
jujur bahwa dogma tentang Natal hanyalah kebohongan yang sengaja
dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat Roma:
Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi
kemuliaannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai seorang berdosa? (Roma 3:7)
Maka, jelaslah bahwa sebenarnya perayaan Natal hanyalah pelestarian
kepercayaan paganis politheisme ajaran tentang Dewa Matahari yang
diperingati tanggal 25 Desember. Penganut Kristen pun semestinya
memahami tentang hal tersebut, yang tentunya bertentangan dengan
keyakinan mereka selama ini. Terlebih lagi umat Islam, tidak seharusnya
bagi mereka ikut dalam hingar bingar perayaan tersebut. Karena hakekat
Natal sudah pasti, mengandung unsur pemujaan terhadap sesembahan selain
Allah ataupun sebuah kesyirikan kepada Rabbul Izzati. Wallahu a’lam bisshowab
Penulis : Dhani El_Ashim
Editor : Miftahul Ihsan
Sumber
- Buku The Plain Truth About Christmas by Herbert W. Armstrong. Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh Masyhud SM. dalam buku Misteri Natal.
- Buku “Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma dan Toleransi” karya Hj. Irena Handono cetakan ke-6 Februari 2004
Sumber :kiblat
Silakan share jika bermanfaat >>>
0 Response to "Ternyata Natal Tidak Ada Dalam Alkitab"
Post a Comment