Somalia dan Brunei Darussalam Himbau Warganya untuk Tidak Merayakan Natal dan Tahun Baru

Pemerintah Somalia
Pemerintah Somalia
Pemerintah Somalia menghimbau rakyatnya untuk tidak merayakan perayaan Natal dan Tahun Baru bersama. Hal tersebut dinilai karena acara-acara semacam itu dapat mengancam identitas negara yang notabene Islam.

“Hari raya itu (Natal), tidak ada hubungannya dengan Islam,” kata Kementerian Agama Somalia seperti dikutip BBC, Kamis (24/12).

Dalam hal ini, pasukan keamanan juga dikerahkan untuk mencegah perkumpulan-perkumpulan dalam rangka perayaan Natal.

Menteri Agama Somalia Syaikh Mohammad Khoiru dalam konferensi pers mengatakan, “Semua acara yang berkaitan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru bertentangan dengan budaya Islam dan dapat merusak akidah Umat Islam.”

“Keberadaan Muslim yang merayakan Natal di Somalia tidak dibenarkan, dan acara tersebut harus dihentikan,” imbuhnya.

Syaikh Nur Barud Jeorhan, Wakil Majelis Tinggi Agama Somalia mengingatkan bahwa perayaan non-Muslim (Natal) akan memancing Gerakan Asy-Syabab melakukan serangan.

Tetapi, pemerintah Somalia tetap memberi kelonggaran bagi orang asing yang tinggal di Somalia untuk merayakan hari Natal di rumah masing-masing. Larangan di atas dibuat bagi mereka yang merayakannya di tempat-tempat umum atau memperlihatkan ritual khusus untuk menyambut Natal.

Somalia baru saja pulih dari perang saudara yang berlangsung selama beberapa dekade. Selama perang, banyak warga Somalia yang lahir dan tumbuh besar di luar negeri. Sehigga saat kembali ke Somalia sebagian besar mereka masih membawa gaya berpakaian dan kebiasaan asing.

Perayaan Natal pun mulai dilarang di Somalia sejak diumumkannya penerapan Hukum Islam pada tahun 2009 di negara tersebut.

Gubernur Mogandishu Yusuf Hussein Jamaala mengatakan bahwa pesta perayaan Natal mungkin akan menjadi sasaran serangan Gerakan Asy-Syabab. Sebelumnya Gerakan Asy-Syabab telah melancarakan serangan pada Hari Natal tahun lalu di Kota Mogandishu dan mengakibatkan banyak korban tewas.
Meski demikian, perayaan Natal rencananya tetap berlangsung di Markas Besar PBB dan pasukan Uni Afrika di Somalia. Ribuan tentara dikerahkan untuk mendukung pemerintah melawan Gerakan Asy-Syabab yang dituding terkait dengan Al-Qaidah.

Somalia adalah negara Muslim kedua yang melarang perayaan Natal di negaranya setelah Brunei Darussalam. Selain itu, Somalia juga menggunakan dua sistem kalender di negaranya, yaitu kalender Syamsiyah dan Qomariyah.

Brunai Juga Melarang Perayaan Natal


BRUNEI SULTAN CELEBRATES 60TH BIRTHDAY...epa00772670 Brunei's Sultan Hassanal Bolkiah salutes the honour guard during his 60th birthday celebrations in Bandar Seri Begawan, Brunei on Saturday 15 July 2006. The sleepy, oil-rich nation of Brunei was abuzz with excitement on Saturday as the popular sultan marked his 60th-birthday with glitzy festivities and ceremonies. Thousands of locals in this tiny nation of 350,000 people joined in the celebrations as Sultan Hassanal Bolkiah, one of the world's  richest men, turned 60 in style.  EPA/AHMAD YUSNI  EPA/AHMAD YUSNI 
Sultan Hasanal Bolkiah, Brunei


BRUNEI Darussalam secara resmi melarang perayaan Natal umat Kristen di Negara itu dalam wilayah public. Pemerintah Brunei memperbolehkan umat Kristen merayakan Natal, namun hanya terbatas di komunita sendiri, dan mereka harus terlebih dahulu memberitahukan otoritas.

“Langkah-langkah penegakan ini dimaksudkan untuk mengontrol tindakan merayakan Natal secara berlebihan dan terbuka, yang bisa merusak aqidah (keyakinan) dari komunitas Muslim,” demikian dilansir oleh Kementrian Agama Brunei seperti dikutip dari Telegraph.

Menurut kementrian agama Brunei, peringatan Natal dengan memasang dekorasi yang meriah atau menyanyikan lagu-lagu bisa mengancam iman kaum Muslimin di negara itu.

65 persen dari jumlah populasi 420.000 jiwa di negara kaya minyak tersebut memang Muslim.

Kementerian Agama Brunei lebih lanjut menyatakan bahwa: Dalam rangka memperingatkan umat Islam awal bulan ini, sekelompok ulama memperingatkan bahwa perayaan apapun “yang tidak berhubungan dengan Islam” dapat menyebabkan “‘tasyabbuh’ dan tanpa sadar merusak (iman) kaum Muslim.”

“Selama perayaan Natal, umat Islam mengikuti tindakan yang agama – seperti menggunakan simbol-simbol agama mereka seperti salib, lilin, membuat pohon Natal dan menyanyikan lagu-lagu religius, mengirimkan salam Natal, menggunakan yang tanda-tanda memuji agama, memasang dekorasi atau menciptakan suara dan melakukan apa-apa yang mungkin dianggap menghormati agama mereka, namun bertentangan dalam keyakinan agama Islam,” kata seorang imam kepada Borneo Bulletin.

“Sebagian orang mungkin berpikir bahwa larangan ini adalah bodoh dan tidak boleh dibawa sebagai sebuah masalah. Tapi sebagai Muslim dan sebagai Zikir Nation, kami harus tetap konsisten pergi karena hal itu bisa memengaruhi iman Islam kami.”

Beberapa warga Brunei sebenarnya menolak larangan tersebut, dengan memposting gambar Natal di media sosial mereka menggunakan hashtag #MyTreedom.

Brunei, eks wilayah protektorat Inggris, dijalankan dengan kekuasaa monarki absolut dengan Sultan Hassanal Bolkiah, 67, sebagai pemimpinnya
====
Bagaimana dengan Indonesia...??

Sumber : kiblat/BBC/islampos


Silakan share jika bermanfaat >>>

0 Response to "Somalia dan Brunei Darussalam Himbau Warganya untuk Tidak Merayakan Natal dan Tahun Baru"