Hasil eksperimen menunjukkan bahwa bacaan Al Qur’an menimbulkan efek
relaksasi hingga 65%, sedangkan bacaan berbahasa Arab non Al Qur’an,
efek relaksasinya hanya mencapai 33%.
*****
Mendengar bacaan Al Qur’an tanpa tahu
artinya saja memberikan efek luar biasa bagi kesehatan, apalagi dengan
membaca pasti efeknya jauh lebih hebat lagi. Dalam proses mendengar,
indera yang paling terlibat aktif adalah pendengaran. Sedangkan dalam
membaca, indera penglihatan dan pendengaran, dua-duanya terlibat aktif.
Membaca Al Qur’an menimbulkan suara yang kita dengar sendiri.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Rasulullah memerintahkan kita membiasakan diri membaca Al Qur’an dan
memberikan kabar gembira bagi orang yang selalu membacanya. Beliau
bersabda:”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, akan
mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku
tidak berkata alif, laam, mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf,
laam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR Turmudzi).
Beliau menyuruh kita mengkhatamkan Al Qur’an sebulan sekali. Abdullah bin Amrin bertanya: “Wahai Rasulullah, berapa lama saya harus mengkhatamkan Al Qur’an?” Nabi menjawab: ”sebulan”. Abdullah berkata:”Saya mampu mengkhatamkan kurang dari sebulan”. Abu Musa mengulangi perkataannya dan mengurangi (tempo khatamnya) sampai Rasulullah bersabda: “Khatamkanlah Al Qur’an selama tujuh hari”. Abdullah mengatakan: “Saya bisa mengkhatamkan dalam waktu kurang dari 7 hari”. Nabi bersabda:”Tidak akan memahami Al Qur’an bagi orang yang membacanya (mengkhatamkannya) dalam waktu kurang dari 3 hari” (HR Abu Dawud).
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk ummat
manusia sampai akhir zaman. Fungsi al-Qur’an antara lain sebagai
petunjuk (hudan), sumber informasi/penjelasan (bayan), pembeda antara yang benar dan yang salah (al-furqan), penyembuh (syifa’), rahmat, nasehat atau petuah (mau’idzah). (lih. Qs. Al-Baqarah: 185 dan al-Isra: 82)
Fungsi-fungsi Al Qur’an tersebut dapat diperoleh melalui proses
membaca dan memahami arti dan maknanya. Semakin tinggi intensitas
membaca dan memahaminya, semakin banyak manfaat yang diperolehnya.
Sebagaimana sabda Nabi yang dirawayatkan oleh Turmudzi di atas, dari
setiap huruf Al Qur’an yang kita baca kita mendapatkan satu kebaikan.
Satu kebaikan berlipat sepuluh kali.
Banyak sekali kebaikan yang kita peroleh! Bahkan suara bacaan Al
Qur’an saja sudah mampu memberikan manfaat meskipun bagi orang yang sama
sekali tidak mengerti bahasa Arab.
Salah satu manfaat Al Qur’an adalah sebagaimana dihasilkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad al Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research
yang berpusat di Amerika Serikat sekaligus konsultan ahli sebuah klinik
di Panama City, Florida. Ia meneliti pengaruh Al Qur’an pada manusia
dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Penelitian dilakukan dalam 2
(dua) tahapan.
Tahap pertama bertujuan untuk meneliti kemungkinan adanya pengaruh Al
Qur’an pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur intensitasnya jika
memang ada. Tahap kedua diarahkan untuk mengetahui apakah efek yang
ditimbulkan benar-benar karena Al Qur’an atau bukan.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan mesin pengukur dan terapi stress yang berbasis komputer, model Medaq 2002 (medical data quotient)
yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Kedokteran Universitas
Boston. Alat ini mampu mengukur reaksi yang menunjukkan tingkat stress
dengan 2 (dua) cara: (1) melakukan pemeriksaan fisik secara langsung
melalui komputer, dan (2) memonitor serta mengukur perubahan-perubahan
fiisiologis pada tubuh.
Eksperimen dilakukan sebanyak 210 kali dengan melibatkan responden
laki-laki dan perempuan dengan usia antara 18-40 tahun. Semua responden
non muslim dan tidak bisa berbahasa Arab. Mereka diminta mendengarkan
bacaan Al Qur’an dengan Bahasa Arab dengan kaidah tajwid 85 kali. Mereka
juga diminta mendengarkan bacaan berbahasa Arab yang bukan Al Qur’an
sebanyak 85 kali juga. Bacaan-bacaan berbahasa Arab non Al Qur’an ini
dilantunkan dengan kaidah tajwid layaknya Al Qur’an sehingga memiliki
kemiripan dengan Al Qur’an dari aspek lafal, intonasi suara, dan ketukan
di indera pendengaran. Bacaan bahasa Arab non Al Qur’an digunakan
sebagai placebo, di mana responden tidak dapat membedakan antara Al Qur’an dengan bacaan non Al Qur’an.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa bacaan Al Qur’an menimbulkan efek
relaksasi hingga 65%, sedangkan bacaan berbahasa Arab non Al Qur’an,
efek relaksasinya hanya mencapai 33%.
Hasil ini menunjukkan bahwa Al Qur’an memiliki pengaruh positif yang
sangat signifikan dalam menuurunkan ketegangan (stress) pada pengukuran
kualitatif maupun kuantitatif. Pengaruh ini tampak dalam bentuk
perubahan-perubahan yang terjadi pada arus listrik di otot, juga
perubahan pada daya tangkap di kulit terhadap konduksi listrik,
perubahan pada sirkulasi darah, serta perubahan pada detak jantung,
kadar darah yang mengalir pada kulit yang kesemuanya saling terkait dan
paralel dengan perubahan-perubahan pada aspek lain.
Semua perubahan ini menunjukkan adanya perubahan fungsi dan kinerja
sistem syaraf otonom yang lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ
tubuh yang lain serta fungsi-fungsinya. Karena itu ditemukan adanya
kemungkinan-kemungkinan tak terbatas pada pengaruh-pengaruh fisiologis
yang bisa dihasilkan Al Qur’an.
Dalam penelitian lain, Kazemi (dkk) melakukan penelitian yang mirip
terhadap 107 mahasiswa keperawatan Rafsanjan University of Medical
Sciencies dengan metode kuasi eksperimental. Mereka dibagi ke dalam dua
grup, grup kontrol dan grup yang diintervensi. Skor Kesehatan Mental
diukur pada kedua grup dengan 12 item kuesioner. Grup yang dintervensi
mendengarkan Al Qur’an masing-masing selama 15 menit, tiga kali sepekan
selama empat pekan berturut-turut, yang diperdengarkan dengan tape
rekorder. Sepekanatau tujuh hari setelah intervensi selesai, skor
kesehatan mental diukur kembali pada kedua grup. Hasilnya, terjadi
peningkatan skor kesehatan mental yang signifikan pada group yang
diintervensi. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa mendengarkan
Al Qur’an meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.
Mendengar bacaan Al Qur’an tanpa tahu artinya saja memberikan efek
luar biasa bagi kesehatan, apalagi dengan membaca pasti efeknya jauh
lebih hebat lagi. Dalam proses mendengar, indera yang paling terlibat
aktif adalah pendengaran. Sedangkan dalam membaca, indera penglihatan
dan pendengaran, dua-duanya terlibat aktif. Membaca Al Qur’an
menimbulkan suara yang kita dengar sendiri.
Meskipun mendengar dan membaca Al Qur’an meningkatkan derajat
kesehatan kita, ada hal yang lebih penting yang harus kita raih, yakni
menjadikannya sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan kita di dunia.
Fungsi sebagai petunjuk dapat kita peroleh dengan memahami arti dan
maksudnya dengan sikap sami’na wa atha’na —saya baca, saya mengerti, dan saya taat.
Ketika yang kita baca isinya perintah, kita laksanakan. Bila berupa
larangan, kita jauhi dan tinggalkan. Bila berupa kisah-kisah, isyarat,
petunjuk tidak langsung, dan hal-hal lainnya, kita ambil sebagai
pelajaran dan inspirasi kehidupan kita. Kita mohon kepada Allah agar Al
Qur’an menjadi penyuluh hati, pencerah jiwa dan pemandu pikiran sehingga
amal yang kita lakukan merupakan pengejawantahan Al Qur’an. Sebagaimana
dicontohkan Rasulullah SAW, di mana akhlak beliau adalah Al Qur’an.
Beliaulah sosok sempurna sebagai contoh ideal pengamalan Al Qur’an.
Suasana jiwa saat membaca Al Qur’an adalah semangat memperoleh petunjuk
dan inspirasi dalam menjalani kehidupan.
Tentu ada alasannya Rasulullah SAW menyuruh kita mengkhatamkan Al
Qur’an dalam sebulan. Perasaan dan pikiran kita sangat dipengaruhi pada
apa-apa yang kita berikan kepadanya lewat indera-indera kita, khususnya
penglihatan dan pendengaran. Al Qur’an yang kita baca berulang-ulang
setiap hari besar sekali pengaruhnya. Perasaan dan pikiran menjadi
positif, amal perbuatan yang dihasilkan akhirnya juga positif. Satu
huruf kita baca, satu kebaikan kita peroleh. Setiap kebaikan berlipat
sepuluh. Berapa huruf kita baca bila rata-rata sehari kita baca 1 juz?
Pasti Allah telah mempersiapkan banyak kebaikan buta kita!
Mengkhatamkan Al Qur’an setiap bulan menjadi ringan bila telah
menjadi kebiasaan. Kebiasaan merupakan hasil dari proses berpikir,
perekaman, pengulangan, penyimpanan, pengulangan, dan akhirnya menjadi
kebiasaan.
Yang pertama-tama dilakukan adalah berpikir untuk mengaji setiap hari
1 (satu) juz. Bayangkan seolah-olah anda telah melakukannya setiap
hari: setiap menjelang subuh, bakda shalat subuh dan bakda shalat
maghrib. Waktu-waktu tersebut merupakan waktu anda membaca Al Qur’an.
Sekali lagi banyangkan, anda telah memiliki kebiasaan tersebut. Lakukan
mulai hari ini juga. Syetan akan mengatakan: “Jangan buru-buru, waktu
masih panjang, mulailah besok saja!” dan besok syetan menggoda lagi
dengan kalimat yang sama. Jangan tergoda!
Apa yang anda pikirkan dan lakukan direkam oleh otak. Ulangi pada
saat yang sama dengan perasaan yang sama. Otak akan membuat hubungan
yang kuat antara waktu menjelang subuh, bakda shalat subuh dan bakda
shalat maghrib dengan aktifitas anda membaca Al Qur’an. Semakin sering
anda mengulanginya, semakin kuat otak menyimpan dalam memorinya. Akal
menyimpannya dalam file dan menghadirkannya di hadapan anda setiap kali
anda menghadapi peristiwa serupa.
Melepaskan diri dari perilaku semacam ini akan semakin sulit karena
pikiran itu sudah tersimpan di dalam file akal bawah sadar anda.
Selanjutnya, disadari atau tidak, anda mengulang kembali perilaku yang
tersimpan kuat di akal bawah sadar. Anda dapat merasakan bahwa anda
telah mengulangi perilaku itu atau terjadi begitu saja di luar kemauan
anda. Setiap kali memori yang tersimpan di akal bawah sadar itu diulang,
ia semakin kuat dan mendalam. Mulai saat itulah kebiasaan terwujud.
Mari kita biasakan mengkhatamkan Al Qur’an setiap bulan!
0 Response to "[ FAKTA ] Beginilah Keajaiban Al-Qur’ann Sesungguhnya !"
Post a Comment