[Motivasi] Belajar dari Seekor Semut yang Taat (2)

DALAM agama telah sangat jelas disebutkan bahwa manusia yang merdeka, manusia yang mempunyai jiwa yang lapang adalah manusia yang shalatnya, ibadahnya, hidupnya, serta matinya hanya untuk Allah semata. 
Sesungguhnya inilah makna yang sebenarnya dari konsepsi keesaan Tuhan. 


Manakala setiap tutur kata dan tingkah laku kita senantiasa terjaga dari hal yang sia-sia, terjaga dari keburukan, karena dalam diri telah tertancap keyakinan bahwa segala perkataan dan perbuatan kita senantiasa diawasi oleh Allah tanpa satu detikpun terlewatkan. Bahkan niat kita yang masih didalam hatipun Allah mengetahui. Sehingga dari keyakinan tersebut, timbul kesadaran untuk mendedikasikan hidup dan kehidupan kita karena Allah semata. Sebagai seorang beriman tidak perlu ada keresahan, kegalauan, atau ketakutan dalam diri. Sesungguhnya Allah Maha Benar, Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. 

Kesulitan ekonomi, persoalan keluarga, kelaparan atau apapun permasalahan yang dihadapi manusia bukanlah bentuk kebencian atau ketidak pedulian Allah. Karena Tuhan tak pernah menganiaya hambanya, Dia tidak mungkin berbuat zalim. Inilah prinsip dan keyakinan Ilahiah yang mesti ada dalam diri-diri setiap insan, laksana akar dari pohon yang membuat kokoh dan akan menghasilkan buah yang bisa dinikmati sekaligus tempat berteduh banyak orang. 

Laksana pondasi sebuah bangunan yang menopang sebuah gedung, menopang manusia yang tinggal di atasnya, memberikan perlindungan dan keamanan terhadap panas, hujan, angin bahkan gempa. Sekiranya diantara kita ada yang masih menganggur belum bekerja jangan pernah berputus asa, karena rezeki bukan hanya dengan cara bekerja pada suatu perusahaan. 

Sekiranya Anda belum dapat melanjutkan sekolah, jangan pernah pesimis dengan masa depan karena kebahagiaan dapat ditempuh dengan berbagai cara. Sekiranya diantara kita ada yang sakit, pantang menyerah untuk berobat dan bersabar karena Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan amal dan upaya kita. 

Ketika segenap permasalahan menimpa seseorang, itulah cara Allah menguji keimanan hamba-Nya. Saat permasalahan yang datang bertubi-tubi dihadapi serta diselesaikan dengan bijak, sabar, dan bertawakal kepada Allah, maka hamba tersebut adalah orang beruntung yang menyelesaikan ujian dari Allah dengan predikat “lulus”. Allah berjanji bahwa saat hambanya menghadapi permasalahan dengan keimanan sehingga ia lulus dari ujian tersebut, maka Allah naikkan derajatnya sebagai seorang yang bertakwa. 

SAAT manusia menyandarkan segala sesuatunya kepada makhluk atau benda yang akan didapat hanyalah ketidak sempurnaan serta kekecewaan. Bisa jadi di awal dia akan mendapat keuntungan tetapi itu hanya kesenangan sesaat. 

Namun bila kita menyandarkan segala sesuatunya kepada Allah, maka ketentraman dan kebahagiaan sejati yang akan kita dapat. Karena Allah Maha Sempurna lagi Maha Penguasa setiap makhluk. Menyandarkan hidup hanya kepada Allah adalah solusi dalam menghadapi segala cobaan dan permasalahan kehidupan. 

Oleh karena itu mari pahami terlebih dahulu makna syahadat kita. Kosongkan dulu semuanya, hilangkan kepercayaan Anda terhadap apapun, siapapun. Kosongkan terhadap segala kepercayaan yang palsu dan semu. “Laa Ilaaha Illallah”, Tiada Tuhan yang disembah selain Allah Ta’ala. 

Langkah pertama, meniadakan seluruh sesembabahan kepada apa saja selain Allah. Setelah itu tanamkan dan benamkan seluruh keadaran dan hati Anda bahwa sesungguhnya yang satu-satunya perlu diyakini keberadaan dan eksistensinya hanya Allah semata. Tiada ibadah yang harus dipersembahkan melainkan untuk Allah semata. Tiada yang perlu dituju kecuali menuju Allah semata. 

Dengan demikian, manusia yang beriman tidak akan pernah dan tidak akan mau menerima uang sogokan. Dia akan meyakini bahwa rezeki didapat bukan dengan cara-cara seperti itu. Dia akan mencontoh keyakinan seekor semut seperti cerita di atas. Dan jangan sampai iman manusia dikalahkan oleh iman seekor semut. 

Dan janganlah kalian terlalu cepat mengambil keputusan dan persangkaan sebelum kamu mempelajarinya terlebih dahulu dan mendengar penjelasan dari pihak-pihak yang terkait. [rika/islampos/kumpulankisahteladan]

sumber:islampos.com

0 Response to "[Motivasi] Belajar dari Seekor Semut yang Taat (2)"