[Motivasi] Belajar dari Seekor Semut yang Taat (1)

BANYAK di antara manusia yang sering mengeluh atas apa yang terjadi. Ia cenderung berputus asa dan menggantungkan hidupnya pada sesama manusia lainnya. Seperti halnya dalam hal materi, yang selalu menunggu pemberian dari orang lain. Maupun dalam pekerjaan, yang cenderung hanya menunggu informasi dari orang lain tanpa melakukan usaha. Bahkan dari hal ibadah, yang ingin terlihat oleh orang lain.



Padahal, semua rezeki itu Allah SWT-lah yang mengaturnya. Allah pasti memberikan rezeki kepada setiap hambanya, jika ia pun mau untuk berusaha. Dan dengan hanya ibadah karena Allah Ta’ala, hidup akan merasa tenang dan nyaman. Itulah keyakinan yang dipegang oleh seekor semut berikut ini.

Di zaman Nabi Sulaiman terjadilah suatu peristiwa, waktu itu Nabi Sulaiman melihat seekor semut melata di atas batu; lantas Nabi Sulaiman merasa takjub dan heran bagaimana semut tersebut bisa bertahan hidup di atas batu yang kering di tengah-tengah padang pasir yang gersang dan tandus. Nabi Sulaiman pun bertanya kepada semut itu, “ Wahai semut bagaimana cara kamu dapat makanan? Apakah kamu yakin bisa memperoleh makanan yang cukup untuk kamu bisa bertahan hidup?”

Semut pun menjawab, “Rezeki di tangan Allah, aku percaya rezeki di tangan Allah, aku yakin di atas batu kering di padang pasir yang tandus seperti ini pun pasti tersedia rezeki untuk ku.”

Lantas Nabi Sulaiman pun bertanya, “Wahai semut, seberapa banyakkah engkau makan? Jenis makanan apakah yang engkau sukai? Dan berapa banyak makanan yang engkau makan dalam satu bulan?”
Jawab semut, “Aku makan hanya sekadar sebiji gandum setiap satu bulan.”

Nabi Sulaiman pun kemudia berkata, “Kalau kamu makan hanya sebiji gandum sebulan tidak lah sulit bagimu melata di atas batu, aku bahkan bisa membantumu.” Nabi Sulaiman pun mengambil sebuah kotak, dia angkat semut itu dan dimasukkan ke dalamnya; kemudian Nabi mengambil gandum sebiji, dibubuhkan kedalam kotak dan kemudian di tutup lah kotak tersebut.

Kemudian Nabi meninggalkan semut di dalam kotak yang tertutup dengan sebiji gandum didalamnya untuk jatah makanan semut selama satu bulan. Akhirnya satu bulan kemudian Nabi Sulaiman kembali untuk bertemu dan melihat keadaan sang semut. Terlihatlah gandum yang sebiji hanya dimakan setengah saja oleh si semut, lantas Nabi Sulaiman berkata dengan suara yang meninggi, “Kamu rupanya berbohong padaku! Bulan lalu kamu katakan kamu makan sebiji gandum sebulan, ini sudah sebulan lewat tapi kamu hanya makan setengahnya.”

Jawab semut, “Aku tidak berbohong, aku tidak berbohong, kalau aku ada di atas batu aku pasti makan apapun sehingga banyaknya sama seperti sebiji gandum untuk satu bulan, itu karena makanan yang aku cari sendiri dan rezeki itu datangnya dari Allah dan Allah tidak pernah lupa padaku. Tetapi bila kamu masukkan aku dalam kotak yang tertutup, rezekiku bergantung padamu dan aku tak percaya kepada mu, itulah sebabnya aku makan setengah saja supaya tahan dua bulan. Aku takut kamu lupa.”
Akhirnya Nabi Sulaiman tersenyum dan mengerti dengan penjelasan semut tersebut.

Demikianlah seekor semut sahabat Nabi Sulaiman telah mengajarkan kita makna hakiki sebuah kemerdekaan, sebuah kemandirian. Kebebasan yang sejati adalah manakala kita hanya menggantungkan keyakinan diri kita hanya kepada Tuhan sang Khalik, Sang Pencipta. Dan tidak menggantungkan diri kita kepada selainNya, yang bernama makhluk, yang diciptakan.

Inilah harga diri yang mesti kita tanamkan, inilah martabat dan kemulyaan orang yang beriman. Dengan keyakinan tersebut sejarah mencatat peradaban umat manusia telah ditulis dengan tinta emas betapa kemulyaan perjuangan para Nabi yang diwariskan kepada umat manusia. Inilah prinsip perjuangan seluruh Nabi untuk menundukkan diri hanya kepada Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi Nya.

KLICK >>> SAMBUNGAN II

sumber:islampos.com

0 Response to "[Motivasi] Belajar dari Seekor Semut yang Taat (1)"