Di antara tujuan utama dari syari'at Islam adalah mempertahankan/menjaga jiwa manusia. Dan berdasarkan hal tersebut, maka datang hukum-hukum syari'at dalam masalah ini dalam jumlah yang banyak. Dan di antara hukum-hukum tersebut adalah perintah untuk membersihkan diri dan bersuci dari najis yang hakiki (seperti air kencing dll). Kemudian kesucian dari najis dijadikan sebagai kunci dan syarat yang harus ada setiap kali shalat.
Syari'at Islam telah merinci dengan perinciian yang sangat rinci dalam masalah najis ini. Karena najis-najis ini adalah tempat-tempat di mana di dalamnya terdapat banyak sumber (penyebab) penyakit. Dan di dalam syariat Islam terdapat bermacam-macam pembersih/penyuci dari najis-najis tersebut. Hal itu tergantung pada jenis najis dan bentuknya.
Di antara najis-najis tersebut ada yang bisa dihilangkan dan dibersihkan dengan mencucinya dengan air -dan ini kebanyakannya- atau menuangkan air di atasnya. Dan di antaranya pula ada yang dibersihkan dengan menggosoknya dengan tanah, atau dengan menghilangkannya atau dengan mengubahnya ke zat lain ... Dan cara-cara lainnya untuk membersihkan.
Dan syari'at Islam membagi najis menjadi dua, yaitu najis mughalazhah (besar/berat) dan mukhaffah (ringan). Dan dari pembedaan dan pembagian ini ada yang berkaitan dengan pembedaaan antara air kencing bayi laki-laki -yang hanya mengonsumi ASI saja- dengan air kencing bayi perempuan.
Maka syari'at Islam menjadikan air kencing bayi laki-laki sebagai bagian dari najis mukhaffah (ringan) dan cukup dibersihkan dengan percikan air di atasnya, sementara syari'at menjadikan air kencing bayi wanita sebagai bagian dari mughalazhah (besar/berat) dan tidak sempurna cara penyucian/pembersihannya kecuali dengan mencuci sisa-sisanya dengan air.
Ilmu pengetahuan modern telah mengungkap sebuah rahasia di antara beberapa rahasia di balik pembedaan antara air kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan, dan menetapkan bahwasanya di sana ada perbedaan di antara keduanya.
Dan dalam tulisan ini, kami akan membawakan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang membedakan antara air kencing bayi laki-laki (yang masih menyusu) dan bayi perempuan(yang masih menyusu). Dan kami akan membawakan sejumlah perkataan ulama dalam masalah ini. Dan juga kami akan mengetengahkan suatu eksperimen ilmiah modern yang dilakukan dalam masalah ini.
Hadits-Hadits Nabi Yang Membedakan Antara Air Kencing Bayi Laki-Laki Dan Bayi Perempuan
Kencingnya seorang bayi atau anak-anak adalah suatu hal yang banyak terlihat dan terjadi berulang-ulang di setiap keluarga dan rumah. Oleh sebab itu datang sejumlah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam masalah ini.
Dari Ummu Qais binti Mihshan radhiyallahu 'anha:
"Bahwa dia datang membawa anak laki-lakinya yang masih kecil yang belum memakan makanan (masih menyusu) kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendudukkannya (bayi tersebut) di pangkuan beliau, kemudian anak itu kencing di baju beliau. Lalu beliau meminta air, kemudian memercikinya (dengan air) dan tidak mencucinya." (HR. al-Bukhari dalam Shahihnya no. 221 dan Muslim no. 287)
Dan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
"Pernah dibawa kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beberapa bayi laki-laki, lalu beliau mendo’akan mereka. Lalu dibawa kepada beliau seorang bayi laki-laki (yang masih menyusu), kemudian bayi itu kencing di baju beliau. Kemudian beliau meminta air, kemdian menuangkannya (memercikkan) ke baju yang terkena kencing tersebut dan tidak mencucinya." (HR. al-Bukhari no. 5994)
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari Abi as-Samh radhiyallahu 'anhu:
"Air kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup disiram (diperciki air)." (HR. Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 362)
Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anha berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Air kencing bayi laki-laki (dibersihkan dengan) disiram/diperciki air dan air kencing bayi perempuan dicuci." Qatadah rahimahullah berkata:" Ini kalau keduanya belum memakan makanan, sedangkan jika sudah memakan makanan maka dicuci air kencing dari keduanya." (HR. Ahmad dalam Musnad beliau no. 563, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Syu'aib al-Arna'uth dalam Ta'liq beliau terhadap al-Musnad)
Dari Ummi Kurzin al-Khuza’iyyah radhiyallahu 'anha berkata:
"Pernah didatangkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seorang anak laki-laki (bayi), lalu ia mengencingi beliau shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian beliau memerintahkan (seseorang untuk mengambil air) lalu dipercikinya (bekas kencing tersebut). Dan pernah didatangkan kepada beliau seorang anak (bayi) perempuan lalu mengencinginya, kemudian ia memerintahkan (seseorang untuk mengambil air) lalu dicucinya. (HR Ahmad di dalam Musnad beliau no. 2751. Syu'aib al-Arna'uth dalam Ta'liq beliau terhadap al-Musnad berkata: Shahih Lighairihi)
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang semakna.
Perkataan Para Ulama Seputar Hadits-Hadits Ini
Dalam sebagian lafazh hadits Ummu Qais binti Mihshan radhiyallahu 'anha disebutkan:
"(dia datang) Dengan membawa anaknya yang masih kecil dan belum memakan makanan." (al-Muwatha' karya imam Malik rahimahullah)
Maksudnya adalah bahwa dia (bayi tersebut) belum mengonsumsi sesuatu selain ASI. Ibnu Hajar rahimahullah berkata:" Yang dimaksud dengan makanan adalah selain ASI yang ia minum (dari ibunya), kurma yang ditahnikkan kepadanya dan madu yang dijilatnya untuk pengobatan dan lain-lain. Maka seakan-akan yang dimaksud adalah bahwa dia belum diberi nutrisi dengan selain ASI secara mandiri." (Fathul Bari 1/326)
Adapun makna النضح adalah memercikan dengan air. Al-Khaththabi rahimahullah berkata:" An-Nadh (memercikan) adalah melewatkan (mengalirkan) air di atas suatu benda dengan cara yang halus tanpa disertai gosokan dan menekannya. Sedangkan al-Ghusl (mencuci) dilakukan dengan adanya tekanan dan perasan." (Syarh Sunnah karya al-Baghawai 2/84-85)
Penelitian ilmiah modern yang dilakukan di bidang ini- mengungkapkan adanya perbedaan antara urin (air kencing) bayi laki-laki dan bayi perempuan. Dan salah satu penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Ashil Muhammad Ali dan Ahmad Muhammad Shalih dari Universitas Dohuk, Irak. Dan kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Telah selesai proses pengkajian persentase keberadaan bakteri dalam
urin/air kencing bayi dalam masa menyusu dan bayi yang baru lahir, di
mana mereka mengumpulkan sampel urin bayi secara acak yang berjumlah 73
bayi (35 perempuan dan 38 laki-laki). Mereka
mengklasifikasikan/mengelompokkannya ke dalam empat kelompok umur; umur
di bawah satu bulan, umur satu bulan sampai dua bulan, kemudian (dari
dua bulan) sampai tiga bulan dan kemudian lebih dari tiga bulan dengan
kemungkinan meningkatnya konsumsi makanan.
Sampel dikumpulkan dan diangkut langsung untuk diperiksa secara laboratoris dan proses terus berlanjut selama beberapa bulan, dengan mempertimbangkan kemungkinan tingkat maksimum sterilisasi dan menghindari kontaminasi.
Sampel dikumpulkan dan diangkut langsung untuk diperiksa secara laboratoris dan proses terus berlanjut selama beberapa bulan, dengan mempertimbangkan kemungkinan tingkat maksimum sterilisasi dan menghindari kontaminasi.
Dan kajian tersebut menggunakan metode yang digunakan Dr. Hans
Christian Gram, yang ditemukan pada tahun 1884 dalam pewarnaan bakteri
(metode Gram staining), yang mana warna ungu menunjukkan bakteri Gram
positif dan warna merah untuk negative. Semua sampel yang diuji dengan
memilih bidang bakteri mikroskopis untuk menghitung jumlah bakteri
dengan menggunakan standar pembesaraan 100 kali lipat. Dan ditemukan
bahwa semua Gram negatif, dan diklasifikasikan bahwa ia masuk sebagai
bakteri Escherichia Coli.
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
- Pertama: Pada kelompok usia nol sampai 30 hari, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 95,44% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 41,9 sedangkan pada bidang yang sama untuk bayi laki-laki hanya berjumlah 2 saja.
- Kedua: Pada kelompok umur (dari satu bulan sampai dua bulan) prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 91,48% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara jumlah dalam bayi laki-laki hanya 2,25.
- Ketiga: Pada kelompok usia 2-3 bulan, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 93,69% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara jumlah pada kasus bayi laki-laki hanya 1,6.
- Keempat: Pada kelompok usia lebih dari 3 bulan, prosentase bakteri dalam urin bayi perempuan 69% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan 13,9 sementara dalam kasus urin bayi laki-laki jumlahnya 6,8.
Dan di antara perbandingan di antara jenis yang sama kita cermati
bahwa prosentase jumlah bakteri pada perempuan (urin bayi perempuan)
terus menurun dengan bertambahnya usia, di mana prosentase tersebut pada
kelompok usia kurang dari satu bulan adalah 41,9.
Sedangkan pada kelompok usia di atas tiga bulan kita cermati bahwa prosentasenya turun menjadi 13,9 bertolak belakang dengan apa yang diamati pada laki-laki. Di mana prosentase bakteri dalam kelompok usia kurang dari dua bulan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang ada pada kelompok usia di atas tiga bulan ( yaitu 6,8).
Sedangkan pada kelompok usia di atas tiga bulan kita cermati bahwa prosentasenya turun menjadi 13,9 bertolak belakang dengan apa yang diamati pada laki-laki. Di mana prosentase bakteri dalam kelompok usia kurang dari dua bulan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang ada pada kelompok usia di atas tiga bulan ( yaitu 6,8).
Dan kita simpulkan dari hal ini bahwa prosentase bakteri pada
perempuan adalah tinggi sejak hari-hari awal usianya, tanpa melihat
perkembangan usia dan terlepas dari apakah ia sudah mulai mengonsumsi
makanan atau tidak. Adapun laki-laki maka keberadaan bakteri jauh lebih
rendah pada hari-hari pertama usianya.
Dan prosentase ini mulai meningkat secara bertahap dengan berlalunya waktu, terutama ketika melewati bulan ketiga dari usianya, yang mana meningkatnya kemungkinan mulai peningkatan prosentase tersebut dengan mengonsumsi makanan .(dinukil dari: http://www.nooran.org/con8/Research/438.htm)
Dan prosentase ini mulai meningkat secara bertahap dengan berlalunya waktu, terutama ketika melewati bulan ketiga dari usianya, yang mana meningkatnya kemungkinan mulai peningkatan prosentase tersebut dengan mengonsumsi makanan .(dinukil dari: http://www.nooran.org/con8/Research/438.htm)
Dan dalam penelitian lain, Dr Shalahuddin Badr menetapkan bahwa di
sana ada perbedaan antara urin bayi laki-laki yang masih menyusu dengan
urin perempuan. Dan kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan pada hari ini menetapkan bahwa urin mengandung
bakteri pathogen dalam jumlah yang besar, yang menyebabkan penularan
banyak jenis penyakit ganas. Di antara bakteri ini adalah:
Bakteri E. coli (Escherichia Coli), staphylococcus, difteri,
bakteri streptokokus, jamur candida, dan lain-lain. Oleh sebab itu wajib
mencuci, membersihkan tubuh dan pakaian dari urin ini sehingga tidak
terkena penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari jenis bakteri
pathogen ini.
Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa urin anak yang baru lahir
adalah steril, dan tidak ada bakteri jenis apapun di dalamnya, tapi
kemudian setelah itu ia membawa bakteri, dan kebanyakan kontaminasi
bakteri berasal dari saluran pencernaan.
Dan Dr. Shalahuddin dalam penelitiannya menegaskan bahwa urin bayi
laki-laki yang masih menyusu, yang hanya mengonsumsi ASI saja (susu
alami) tidak mengandung bakteri jenis apapun. Sementara pada bayi
perempuan yang masih menyusu mengandung beberapa jenis bakteri, dan dia
mengembalikan hal ini kepada perbedaan jenis kelamin.
Karena saluran kencing perempuan lebih pendek daripada saluran pada
laki-laki, di samping sekresi kelenjar prostat yang ada pada laki-laki,
yang berperan untuk membunuh kuman. Oleh karena itu urin bayi laki-laki
–yang belum memakan makanan- tidak mengandung bakteri berbahaya.
Dan sebagai akibat dari perbedaan anatomi sistem pembuangan urin pada perempuan dan laki-laki, maka perempuan lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri dibandingkan laki-laki.
Maka suatu hal yang mudah untuk berpindahnya bakteri ke kandung kemih pada wanita, terutama bakteri yang berpindah dari ujung sistem pencernaan dan berhubungan dengan saluran kemih. Dan kebanyakan bakteri tersebut adalah bakter coliform.
Dan sebagai akibat dari perbedaan anatomi sistem pembuangan urin pada perempuan dan laki-laki, maka perempuan lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri dibandingkan laki-laki.
Maka suatu hal yang mudah untuk berpindahnya bakteri ke kandung kemih pada wanita, terutama bakteri yang berpindah dari ujung sistem pencernaan dan berhubungan dengan saluran kemih. Dan kebanyakan bakteri tersebut adalah bakter coliform.
Dan dengan melihat sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam maka
terlihat jelas bahwa urin perempuan mengandung bakteri penyebab infeksi,
oleh karena itu harus dicuci. Hal itu karena struktur anatomi sistem
pembuangan urin, dan kecilnya saluran kemih jika dibandingkan dengan
sistem pada laki-laki.
Ilmu pengetahuan hari ini telah mengungkap bahwa menyusui bayi
dengan selain ASI, seperti susu formula atau dengan makanan lainnya,
baik yang alami maupun buatan menyebabkan terjadinya kontaminasi urin,
dimana ASI mencegah keberadaan bakteri coliform dalam urinnya.
Dan di sana ada beberapa jenis sukrosa di dalam ASI yang mencegah menempelnya bakteri tersebut sel epitel di dalam sistem kemih, yang menyebabkan tidak terjadinya kontaminasi urin dengan bakteri coliform, dan dengan demikian urin menjadi steril (Diringkas dari British Medical Journal)
Dan di sana ada beberapa jenis sukrosa di dalam ASI yang mencegah menempelnya bakteri tersebut sel epitel di dalam sistem kemih, yang menyebabkan tidak terjadinya kontaminasi urin dengan bakteri coliform, dan dengan demikian urin menjadi steril (Diringkas dari British Medical Journal)
Dan juga membuktikan kepada Barat dari kalangan orang kafir dan orang-orang yang kagum pada mereka bahwa ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah wahyu dari Allah, bukan karangan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Maka tidaklah kalian beriman? Wallahu Ta'ala A'lam.
0 Response to "[ Ilmiah ] Hadits Nabi, Air Kencing Bayi Lelaki & Perempuan, dan Fakta Ilmiah"
Post a Comment