Tahun 2050, Islam Agama Terbesar di Dunia, Pandangan Ustadz Shamsi Ali

Tahun 2050, Islam menjadi agama terbesar di dunia

Muhammad Syamsi Ali imam Islamic center New York. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Muhammad Shamsi Ali merupakan salah satu tokoh agama paling berpengaruh di New York. Perjuangannya mendakwahkan ajaran Islam patut untuk diacungi jempol. Apalagi, dia memulai itu ketika Islam dipandang negatif di Amerika Serikat. Serangan 11 September menjadi pemicunya.

Jatuh bangun membuat kepercayaan terhadap Islam terus dilakukan Shamsi di New York. Konflik di Timur Tengah menjadi salah satu hambatan bagi Shamsi menjelaskan Islam sesungguhnya. Termasuk juga dengan merangkul Yahudi di Amerika. Bahkan berkat Shamsi, tokoh Yahudi dan Muslim di Amerika sepakat untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina.

Dibalik upaya Shamsi menjadi salah satu ulama mendakwahkan Islam dengan berbagai rintangan, dia meyakini jika suatu waktu Islam akan menjadi agama besar. "Optimisme saya adalah suatu ketika Islam akan memberikan warna pada kehidupan manusia, seperti pada masa lalu," ujar Shamsi Ali saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa lalu di Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat.

Berikut penuturan Muhammad Shamsi Ali kepada Ahmad Fikri Faqih dan juru foto Muhammad Lutfhi Rahman dari merdeka.com soal pandangan dan perjuangannya mendakwahkan Islam.


Apa tantangan Anda menyiarkan dakwah di Amerika ?

Tantangan yang terberat itu merombak persepsi dan setiap kali kita membangun image yang indah dan setiap kali ada kejadian di mana saja, itu seolah-olah gedung yang kita bangun tinggi, besar dan indah itu roboh. Itu yang paling menyedihkan. Dan harus dibangun lagi dari awal. Persepsi yang demikian buruk tentang Islam itukan sudah lama. Orang Islam itukan orang arab, terbelakang, tidak terdidik, tidak mengerti teknologi, tahunya hanya perang. Gambarannya begini, muslim itu adalah orang arab dengan jubah besar, janggut panjang, sorban dan berdiri di padang pasir samping Onta dengan pedang terhunus kira-kira. Itu penggambaran muslim di dunia barat. Setiap kali kita mencoba membangun image Islam, saya sangat dikenal sebagai orang yang dialog, saya orang yang suka berdialog jadi saya membangun komunikasi dengan kristen, bahkan dengan Yahudi.

Ini sangat sensitif, teman-teman Islam kalau saya katakan membangun komunikasi dan dekat dengan orang Yahudi telinganya merah. Tentu kita ada isu Palestina dan Israel kan, itu tidak bisa ingkari. Dalam konteks kami di Amerika Serikat, dua komunitas ini punya kepentingan masing-masing. Anti Yahudi itu sangat tinggi, jadi jangan menyangka orang Yahudi itu tidak dibenci. Tidak secara diam-diam, bahkan secara frontal. Banyak orang Yahudi di barat, di Eropa khususnya. Mengapa orang-orang Yahudi ingin dibantai oleh Hitler, sampai sekarang masih. Masih ada rasa benci itu sampai sekarang masih ada dan di Amerika juga begitu. Orang-orang putih semuanya tidak senang dengan orang Yahudi. Maka orang Yahudi dibenci, maka ketika kami mendapat tantangan islamphobia kami bekerja sama untuk saling membela. Dan itu kesepakatan secara internal. Setiap ada anti Yahudi, kita sebagai orang Islam membela orang Yahudi sebagai minoritas. Dan setiap ada anti Islam, orang Yahudi yang membela.

Lihat sekarang Donald Trump, ada lebih dari 10 ribu orang Yahudi menandatangani petisi menentang Donald Trump. Itu suatu yang luar biasa di Amerika. Itu suatu hal yang luar biasa di Amerika, di mana Amerika dikenal selalu membela Israel. Tantangannya itu sebenarnya, image. Tantangan keduanya sebenarnya adalah bagaimana bisa membuktikan dengan perilaku bahkan Islam itu tidak menakutkan. Maksudnya saya begini, kita akan menyampaikan Islam itu demokrasi, kebebasan, indah, keadilan, kemakmuran, membuka wawasan, persahabatan, toleransi dan lain-lainnya, tetapi setiap kali menengok ke dunia islam seolah-olah apa yang kita sampaikan itukan bohong. Sehingga kita merasa, kok kami ini seperti seorang pembohong. Kita menyampaikan keindahan, tetapi yang terjadi suatu hal yang buruk. Kan akhirnya mereka bertanya, mana yang benar ini? Yang kamu sampaikan atau yang dibuktikan itu. Kamu mengatakan Islam itu menghormati wanita, tetapi di Saudi mengendarai mobil saja tidak boleh. Inikan tantangan.

Kemarin saya ceramah di Masjid Bandung bersama Pak Gubernur (Jawa Barat). Saya katakan, tolonglah bantu kami. Bukan duit, kalau bantu duit juga boleh. Tetapi yang terpenting adalah berikan contoh yang baik. Laksanakan Islam yang sesungguhnya. Biarlah dunia barat melihat Islam yang sesungguhnya, Insya Allah tanpa kita berkoar-koar, tanpa harus beretorika mereka akan menerima Islam. Asalkan dilakukan dengan baik.

Bagaimana pandangan Anda dengan keberadaan ISIS yang merusak nama Islam ?

Pandangan saya jelas. Teroris itu tidak punya agama dan tidak punya negara. Jadi ketika ISIS mengatasnamakan islamic nation, neither tidak juga islamic tidak juga stated. Karena kenapa? tidak ada pembenaran atau justifikasi agama yang membenarkan pembunuhan rakyat sipil, anak, wanita, bahkan laki-laki yang berotot pun tidak berperang jangan diganggu. Kemudian perusakan rumah ibadah, jangankan sesama masjid yang berbeda pendapat, ini ISIS kan menghancurkan masjid yang berbeda pendapat. Di Islam, gereja saja harus dilindungi. Itu kewajiban Al-Quran, itu ada di dalam Al-Quran. Kalau ada perilaku teroris mengaku Islam, bagi kami adalah bukan cuma bertentangan dengan Islam, tetapi mereka juga musuh Islam. Maka kita umat Islam yang sadar agama ini menjadikan ajaran radikal dan teroris ini sebagai musuh bersama, bukan bergabung bersama. Itu namanya celaka karena telah merusak. Apalagi kalau memang teman-teman yang emosinya tinggi, tidak punya wawasan yang luas, tidak meneliti dulu siapa yang membentuk ISIS, dananya dari mana? Senjatanya dari mana? Tiba-tiba saja Islamic Stated, lalu mau bergabung. Mereka tidak mempelajari siapa ISIS. Saya kira diperlukan kejelian dan ketelitian dan hati-hati, jangan sampai kita di giring untuk masuk ke dalam lubang yang telah disiapkan. Dan kita tidak tahu kalau kita di masukan ke dalam perangkap dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Bisa Anda jelaskan kenapa akhirnya tertarik untuk menetap di Amerika ?

Jadi saya lahir di sebuah kampung terpencil namanya kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kecamatan Kajang ini kampung dalam, jadi orangnya pake hitam-hitam. Mobil pun waktu masih kecil hampir gak ada yang masuk, jadi transportasi kita kuda. Begini orang tua saya adalah petani biasa, kerja di sawah, punya kuda, kerbau. Kami dari kampung dan belajar SD di sini. Kebetulan waktu SD saya itu nakal sekali dan suka berkelahi, jadi hampir setiap pulang sekolah selalu berkelahi. Akhirnya bapak saya pusing juga setelah saya mau tamat SD, mau diapakan anak ini? Masih kecil saja sudah suka berkelahi, bagaimana SMP, SMA. Beliau membayangkan seperti itu.

Akhirnya ada teman bapak datang dari kota yang pernah mendengar kata pesantren, orang tua saya belum pernah mendengar kata pesantren. Katanya itu bagus untuk anak-anak nakal. Jadi kalau anak nakal dimasukan ke pesantren, dan akhirnya saya masuk ke pesantren. Memang betul-betul minggu pertama, kedua bagi saya waktu itu saya istilahkan penjara karena saya terbiasa dengan dunia saya sendiri. Padahal di pesantren itukan disiplinnya tinggi, jam sekian bangun kemudian dengarkan ceramah, mandi, berangkat sekolah hingga sore harus olah raga gak boleh malas-malas. Saya anggap itu penjara, hingga kemudian saya menjadi senang di pesantren karena ada latihan silat. Akhirnya saya perdalam silat, singkat cerita saya menjadi juara nasional dua kali, satu di Bandung dan satu di Bali.

Setelah selesai di pesantren itu kemudian saya mendapatkan bea siswa ke Islamic University, Universitas Islam antar bangsa di Islamabad. Alhamdulillah saya bisa selesaikan S1 dan S2. Selama di sana sebenarnya punya kisah tersendiri. Pada masa itukan masih bergejolak perang di Afganistan, itu tahun 1988 sampai 1992 itukan perang melawan Uni Soviet. Artinya apa, lingkungannya sangat mendukung untuk jihad sebenarnya, saya bisa terbawa arus sebenarnya. Tetapi setelah selesai sekolah saya diminta jadi guru di Saudi Arabia mengajar di sebuah institusi dakwah di Kota Jeddah. Alhamdulillah saya bisa bertahan dua tahun. Mengapa saya bilang Alhamdulillah, karena setelah dua tahun saya tidak tahan lagi. Saya inikan anak nakal, tabiatnya bebas. Di Saudi tidak sama sekali kebebasan. Kalau kita berbeda pendapat dengan bos, kita dianggap melanggar Islam. Berbeda penafsiran melanggar aturan. Akhirnya saya tidak tahan, kemudian pada musim haji saya berjumpa dengan Duta Besar Indonesia di PBB Pak Nugroho Wisnumurti, saya diajak ke kota New York untuk memimpin masjid Islam di kota New York.

Sesampainya di sana, saya bilang, saya ada di kota dunia. Semua orang ada di sini, masa saya hanya memimpin orang Indonesia. Akhirnya saya melebarkan sayap, saya menjadi ketua pawai Islam pertama di kota New York. Kemudian saya mendirikan Imam Council, semacam MPR nya Imam atau majelis imam. Kemudian saya aktif di interfaith, saya mendatangi gereja-gereja. Saya membangun dialog. Hingga akhirnya tahun 2001, saya mewakili komunitas muslim dalam sebuah acara apa saja, termasuk bertemu dengan Presiden Bush, kemudian bertemu juga dengan Presiden Clinton. Hingga akhirnya orang menjuluki jubirnya Islam waktu itu. Itukan pemberian orang bukan saya yang mengaku. Di sana itu saya bukan dianggap sebagai ibu kandungnya satu masjid tetapi satu New York, makanya saya dibilang Imam Besarnya New York. Sama seperti gelar kiai di sini, itukan yang memberikan masyarakat. Makanya kemarin waktu Fadli Zon mempertanyakan itu gelar imam besar dari mana? Emang saya yang memberikan gelar pada diri sendiri? Kan orang yang memanggil saya begitu.

Jadi Imam besar itu bukan dibuat pemerintah Amerika ?

Bukan. Itu penerimaan masyarakat, pengakuan masyarakat. Saya sebagai tugas memimpin satu masjid, kemudian tiga masjid. Tetapi karena pemerintah kota New York melihat saya ini mungkin lebih mudah berkomunikasi, bergaul makanya saya diminta mewakili dalam acara pemerintah, saya diminta memberikan sambutan dari komunitas Islam. Akhirnya saya kebanyakan umat muslim, karena saja juga yang tidak senang, itu rata-rata mengatakan bahwa ini adalah Imam Besar Kota New York, jadi Imam New York. Tidak punya sertifikat. Itu pengakuan orang.

Bagaimana anda membangun kepercayaan dengan berbagai agama di Amerika ?

Awalnya, saat saya sampai di New York, Islam berkembang dengan baik, walaupun ketika itu perkembangannya masih didominasi oleh imigran, pada akhir 1995. Jadi Desember ini sudah 20 tahun saya di Amerika. Ketika sampai, Alhamdulillah Islam berkembang, masjid-masjid banyak. Tetapi dilemanya orang Islam itu tidak mau berkenalan dengan tetangga-tetangganya. Karena imigran dari pakistan, banglades kan masing-masing Islam saja kan. Ini tetangga masjidnya itu ada John, Mark, Matius. Sehingga tetangga-tetangganya itukan heran, ini orang lima kali sehari masuk gedung ini, rata-rata masjid di sana tidak punya kubah. Hanya gedung biasa. Ini orang lima kali sehari masuk gedung ini, bahkan malam-malam atau subuh-subuh, ada apa ini? Mereka kan curiga. Kemudian apalagi mereka baca berita tentang Islam itu teroris dan segala macam.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengetuk pintu-pintu tetangga-tetangga itu, 'good morning'. Kita mau menjadi tetangga yang baik, bukan kah Yesus Kristus mengatakan cintailah tetangga mu. Ini gedung kami di sini adalah tempat ibadah kami, bahkan saya menggunakan kata gereja. Ini gerejanya orang Islam. Ternyata mereka senang. Mereka akhirnya berdatangan, kita siapkan kopi dan teh. Orang Amerika itu hal sekecil ini kan luar biasa buat mereka, karena tidak biasa. Akhirnya setiap khotbah Jumat mereka datang mendengarkan, dan dari sana mereka mengenal Islam. Tetapi yang lebih lagi saya datangi gereja-gereja yang ada di sana.

Ada satu yang saya ingat betul, ini pendeta gereja, saya datang, saya ketuk pintunya. Ya saya datang imam di situ. Langsung melompat kegirangan. Lalu saya tanya, kenapa anda melompat kegirangan?. Dia bilang, sudah lama sekali saya ingin ke masjid itu. Saya kenal itu masjid. Lalu saya tanya, kenapa tidak datang?. Dia katakan, saya juga membaca kami ini tidak diterima di masjid. Karena kami ini najis. tidak bersih. Karena secara persepsi orang non muslim itu tidak bersih. terus saya katakan, sekarang saya mengundang anda bersama jemaah anda untuk datang ke masjid.

Akhirnya mereka datang ke masjid, kemudian kita berdiskusi tentang Islam. Sejak itu saya perluas jaringan saya, ke gereja-gereja saya datangi. Pendeta-pendeta saya datangi. Dari lingkar terkecil hingga lingkar terluar. Makanya ketika kejadian 11 September itu saya diminta oleh Walikota New York. Ini orang walaupun baru lima tahun di Amerika tetapi sudah bisa membangun komunikasi dengan gereja-gereja, padahal sudah ada yang puluhan tahun di Amerika. Dan saya oleh pendeta-pendeta gereja direkomendasikan. kalau mau imam ya imam ini. Sebenarnya itu tujuan saya. Dan ternyata itu sangat menguntungkan luar biasa. Disaat banyak orang salah paham tentang Islam, bayangkan ada seorang di jalan mengatakan orang Islam itu buruk. Kemudian ada pendeta mengatakan No, Islam itu baik. Selesai masalah. Itu strategi saya.

yang lebih besar lagi ketika saya berhasil membangun komunikasi dengan Yahudi. Yahudi suaranya didengar, punya media dan punya modal. Alhamdulillah ketika kita digencet seperti ini, orang Yahudi bersuara. Itu teman-teman kita negara Islam mendengar, bahwa ternyata ada orang Yahudi yang baik, walaupun ada yang buruk. Israel itu menjajah, itu buruk tidak dapat kita pungkiri. Tetapi tidak semua yang dilakukan Israel itukan menunjukkan itulah karakter Yahudi. Jadi sama dengan Islam. Tidak semua apa yang dilakukan orang Saudi adalah Islam. Jadi kita harus adil dalam hal ini.

Bagaimana pandangan orang Yahudi di Amerika tentang Islam ?

Jadi orang yahudi ini orang yang minoritas di dunia, mereka hanya 500 juta di dunia, 6 juta di Israel, sekitar 5 juta di Amerika dan sisanya ada di negara-negara seluruh dunia termasuk negara Islam, di Iran banyak, Maroko banyak, Tunisia banyak, Aljazair banyak dan di mana-mana banyak. Di Palestina sendiri masih ada beberapa orang Yahudi. Pandangan mereka tentang Islam dari dahulu buruk. Kenapa? Karena konflik timur tengah itu memberi kontribusi, bahwa seolah-olah Islam itu adalah bom bunuh diri, Islam itu membunuh anak-anak, Islam itu marah dan seterusnya. Maka ketika saya bertemu dengan rabi Yahudi di CBS televisi, kita jabat tangan tetapi dia buang muka. Dia dikenalkan dengan orang studio, ini orang imam.

Setelah wawancara kita akhirnya tukaran kartu nama, kemudian pulang. Tetapi enam bulan kemudian dia telpon saya. Katanya, 'Imam saya ingin ketemu.' Saya katakan, boleh.

Setelah ketemu yang pertama saya ingat adalah kenapa kamu dulu buang muka tidak mau lihat muka saya. Dia bilang, saya harus berterus terang, jujur ada dua alasan. Alasan pertama saya tidak suka Islam saat itu. Lalu kenapa memanggil saya? dia katakan, saya sudah banyak belajar. Selama enam bulan setelah dari studio, walaupun tidak terlalu banyak berinteraksi. Mungkin dalam diskusi itu saya menjelaskan Islam. Dia banyak belajar. Alasan kedua apa? dia katakan waktu itu saya tidak terlalu yakin kalau anda itu muslim. Dalam pandangan mereka itu, Islam itu arab, tinggi, jenggot kira-kira. Akhirnya, kenapa sekarang memanggil saya? Dia bilang, karena saya selalu melihat anda di televisi. Dan saya lihat anda mewakili Islam. Saya ingin bekerja sama. Saya ingin berdialog.

Saat pertemuan itu sebenarnya kita sudah berdialog. Saya bertanya apa itu konsep terpilih? Dia jelaskan, ternyata konsep terpilih itu tidak seperti yang kita bayangkan dulu. Yang kita pikirkan soal konsep terpilih itukan keangkuhan, sombong, eksklusif, tidak bersahabat dan ternyata tidak seperti itu. Konsep terpilih itu ternyata, mereka itu diberikan amanat oleh Tuhan untuk menjaga konsep monotheisme, tauhid. Jadi kami dipilih oleh Tuhan untuk menjaga konsep tauhid tersebut.

Kalau begitu penafsirannya, kami juga terpilih, saya bilang. Karena kami juga punya tanggung jawab untuk menjaga konsep monotheisme. Lalu akhirnya kita sempat tertawa. Kemudian apa yang akan kami lakukan? Karena miss konsepsi dan miss persepsi tentang Yahudi di dunia Islam sangat buruk dan kesalahpahaman tentang Islam di Yahudi juga sangat buruk. Akhirnya kita sepakat mengadakan pertemuan tingkat tinggi Imam dan Rabi Yahudi. Saya mengundang 25 imam dan dia mengundang 25 Rabi Yahudi dan kita bertemu di Islamic Center. Itu dari pagi sampai sore seolah tidak ada pembahasan selain Palestina dan Israel. Akhirnya di akhir pertemuan itu, saya dan teman sepakat kita intervensi. Kami intervensi dengan pertanyaan saja. Kamu tanya ke Rabi dan Imam, pertanyaannya satu, mau perang sampai hari kiamat atau damai? itu aja.

Dia tanya kepada Rabi Yahudi, mereka maunya damai. Saya tanya kepada imam Islam, mereka juga maunya damai. Semua mau damai. Akhirnya kita masing-masing angkat tangan, dan berkata kita sudah punya harapan. Harapannya apa? Kita sudah mau damai. Tinggal mencari cara bagaimana perdamaian itu bisa terwujud. Maka dibentuklah beberapa program kala itu. Dan Alhamdulillah sampai saat ini singkatnya, Yahudi dan Islam di berbagai negara sudah mulai ada rekonsiliasi. Terakhir di Tunisia. Di mana mereka sudah bertahun-tahun tidak pernah akur.

Bagaimana pandangan Anda tentang Islam saat ini ?

Saya itu orangnya optimis. Saya melihat dengan segala kepedihan yang ada di dunia Islam sekarang ini seperti di Syria, Irak dan di mana-mana. Kemudian kemiskinan, bahkan kebodohan yang merajalela bahkan negara Islam yang dianggap kaya seperti Saudi Arabia itu kemiskinan dan kebodohan itu ada. Kalau kita keluar Makkah sedikit, katanya orang sana kaya raya. Coba keluar sedikit. Gedung-gedung tinggi itukan cuman Makkah saja. Coba keluar sedikit, itu penggembala, tinggal di tenda-tenda, mereka tidak bisa membaca, itu merasa hebat. Itu permasalahan Islam. Saya melihatnya sebagai pandangan di luar negeri. Tetapi namun demikian, saya optimis Islam ini akan tetap berkibar karena begini walaupun diobok-obok sedemikian rupa. Islam selalu berkembang, khususnya di barat, di Prancis luar biasa, di Inggris luar biasa, di Jerman luar biasa, di Belanda luar biasa, di Amerika itu perkembangannya empat atau lima kali lipat dibandingkan sebelum 11 September. Bayangkan peningkatan itu terjadi pada saat Islam dituduh sebagai teroris.

Maka saya katakan, sudah dari kongres sampai Walikota dan pejabat-pejabat tingkat walikota sudah banyak. Nampaknya Islam ini akan berkembang terus menerus. Yang saya khawatirkan justru dunia barat akan mempelajari Islam dan menerima Islam. Justru nanti di negara Islam ini jauh dari Islam. Mungkin tidak sampai meninggalkan Islam, tetapi jauh dari nilai-nilai Islam dan tidak di praktikan. Sehingga ini akan membuat terpuruk.

Tetapi yang pasti adalah, ada penelitian mengatakan, pada 2050 nanti Islam akan menjadi agama terbesar di dunia, itu pada 2050 nanti. Sekarang ini saja Katolik dan Protestan kalau dipisahkan maka Islam akan yang terbesar. Katolik itu 1,2 miliar, sedangkan Kristen sekitar 800 juta. Kalau digabungkan keduanya jadi 2 miliaran. Sekarang Islam ada 1,6 miliar, jadi kalau dipisahkan Katolik dan Protestan dipisahkan dan sudah pasti pisah, maka Islam adalah agama terbesar di dunia.

Saya tidak selalu optimisme di situ. Optimisme saya adalah suatu ketika Islam akan memberikan warna pada kehidupan manusia, seperti pada masa lalu. Jadi walaupun orang Amerika tidak masuk Islam, orang Eropa tidak masuk Islam, tidak apa. Asalkan hidup itu bisa diwarnai dan dikurangi peperangan, dikurangi kemiskinan dan ketidakadilan tidak ada lagi. Masalah menjadi muslim atau tidak itukan bukan urusan kita. Urusan kita adalah menampakkan ajaran Islam yang sesungguhnya pada kehidupan manusia itu. Harapan saya beberapa tahun ke depan akan memberikan warna pada dunia


Sumber : merdeka
Silakan share jika bermanfaat >>>

0 Response to "Tahun 2050, Islam Agama Terbesar di Dunia, Pandangan Ustadz Shamsi Ali"