Sabar Itu Nikmat yang Tertunda





Para pembaca yang budiman, tentunya diantara anda sekalian sudah sangat sering mendengar bahkan mengetahui dengan jelas mengenai satu kata sabar. Hingga di beberapa buku telah dikupas tuntas mengenai sabar itu sendiri. Setiap kali menghadapi musibah, cobaan, ujian, selalu dihadapkan dengan kata sabar. “Lagi-lagi sabar.. sabar dan sabar..

Bicara itu mudah, tapi prakteknya…” Begitulah beberapa respon seserang saat diminta sabar. Atau  bila sudah terlalu jenuh, bertanya, “sabar sampai kapan?”Atau lebih ekstrim dengan statetmen “sabar itu ada batasnya”. Benarkah demikian?

Setelah kami berusaha menyimpulkan dari berbagai sumber, bahwa memang sabar adalah suatu sikap yang bijaksana. Jalan tengah yang bagi beberapa orang diyakini sangat sulit, mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan? benarkah demikian? Mari kita telaah lebih lanjut. Benarkah sabar itu begitu sulitnya sehingga kita tak mungkin melaluinya?

Pernahkah anda berada di kelas 1 SD?

Lalu sekarang anda berada di jenjang pendidikan apa?

SD, SMP, atau bahkan telah menempuh gelar sarjana dengan gemilang, sehingga kini menduduki jabatan penting di sebuah perusahaan ternama?

Nah, pernahkah anda berfikir ketika dulu, sebelum anda bisa membaca dan menulis, bahwa dua kegiatan tersebut adalah sangat sulit?

Anda bahkan pernah menangis. Putus asa hingga menangis keras. Saat anda belum bisa menyelesaikan tugas anda. Tidak peduli apapun reaksi stress anda yang anda tunjukkan, kala dulu. Namun, anda terus berusaha bersabar. Apa? bersabar? Ya bersabar. Bersabar dengan terus menghadapinya. Meskipun anda dengan berbagai ekspresi. Anda tetap menyelesaikannya dengan sempurna pada ahirnya. Lalu benarkah sabar itu sulit? Silahkan renungkan kembali.

Segala sesuatu yang anda yakini, akan menjadi kenyataan. Benarkah demikian? Jika anda menyerah dengan kalimat. Sabar itu sulit, maka segala daya pikiran dan perbuatan akan mendukung anda, dan menciptakan beban mental tersendiri bagi anda. Tidak percaya? Mari kita buktikan sendiri dalam kenyataan. Coba anda bayangkan mobil warna putih. Yakinkan diri anda, hari ini anda akan bertemu 10 mobil putih. Ucapkan hingga 3 kali dan benar-benar tanamkan bahawa 10 mobil putih akan anda temui hari ini.

Apa yang terjadi? Silahkan dipraktekkan sendiri. Ingat satu kata, yakin. Nah, sekarang jika anda yakin bahwa sabar itu sulit, maka anda tentunya akan semakin kesulitan melaluinya. Masihkah sabar itu sulit? Tanyakan pada rumput yang bergoyang…

Sabar itu ada batasnya?

Saya kembali bertanya pada anda. Maukah anda hidup dengan batas? Misalnya anda kami batasi hanya boleh hidup selama 25 tahun dari hari ini. Misalkan anda berusia 25 tahun, maka di usia 50 tahun, anda harus rela kami bunuh, atau kami batasi usia hidup anda. Bersediakah anda? Atau anda membutuhkan biaya berapa untuk membatasi hidup anda?

Kembali ke kata sabar. Masihkah sabar ada batasnya? saya putuskan bahwa sabar tanpa batas. Ya, siapa yang membatasi? manusia itu sendiri. Manusia yang menyerah dan merasa kalah. Maukah anda kami golongkan ke dalam golongan mereka? Jika tidak, mari kita yakinkan diri bahwa sabar itu tanpa batas. Silahkan memilih.

Sabar itu buahnya manis?

Ya. PASTI dan TENTU. Mengapa? karena sabar adalah ujian. Ibarat anak sekolah. Bila bisa melalui dan menjawab pertanyaan dengan benar, maka ia akan mendapatkan nilai terbaik. Anda ingin menjadi yang mana? pemenang atas diri anda sendiri atau petarung yang kalah sebelum bertanding? Silahkan anda putuskan sendiri. Hidup memang harus memilih, dan andalah yang harus menentukan pilihan hidup anda sendiri.

Semoga bermanfaat.

Marilah saling mengingatkan akan 3 kalimat:
1. Sabar itu mudah.
2. Sabar itu tanpa batas.
3. Sabar itu indah, dan buahnya manis.

Wallahu’alam bissowab.

0 Response to "Sabar Itu Nikmat yang Tertunda"