Inilah
Kisah Hatuey. Dia merupakan Kepala Suku Indian Arawak. Ketika
tertangkap oleh tentaranya Colombus, dengan gagah Hatuey tidak mau
tunduk pada Columbus.
Akibatnya Colombus memerintahkan Hatuey dan
pengikutnya diikat di sebuah tonggak kayu mirip salib dan dihukum bakar
hidup-hidup.
Ketika Hatuey diikat ke kayu, seorang Pastor Fransiscan mendekatinya
dan mendesaknya untuk mengakui Yesus sebagai tuhan, agar jiwanya dapat
pergi ke “Sorga” daripada ke neraka. Hatuey menjawab dengan penuh harga
diri, bahwa jika sorga itu adalah tempat bagi orang-orang Kristen
seperti Colombus dan lainnya, maka dia lebih baik pergi ke neraka.
“Orang-orang Spanyol itu menggantungkan 13 orang secara serentak.
Angka 13 ini menyimbolkan Sang Kristus sendiri dengan 12 muridnya…
Mereka pun dibakar hidup-hidup,” demikian catatan para saksi mata yang
dalam beberapa buku sejarah tentang kedatangan awal Colombus di Amerika.
Ada juga yang menulis, “Orang-orang Spanyol itu memotong tangan salah
satu orang, pinggul atau kaki atau yang lain, dan juga memotong
beberapa kepala dalam sekali tebas, seperti penjagal yang memotong
daging sapi dan domba di pasar. Vasco de Balboa memerintahkan empat
puluh orang di antara mereka yang telah koyak berkeping-keping diberikan
kepada anjing yang terlihat kelaparan. Bahkan untuk sekadar menjajal
sudah tajam atau belum pedang yang baru saja diasah, mereka sering
mencobanya dengan menebas tangan atau kaki anak-anak kecil Suku Indian.”
Sejarah dunia sudah mencatat dengan tinta penuh darah atas
pembantaian, pengusiran, dan perbudakan yang dilakukan orang-orang kulit
putih terhadap suku asli Indian di benua baru yang dinamakan Amerika.
Namun tidak banyak yang menulis jika “orang-orang kulit putih” seperti
Colombus dan lainnya sesungguhnya merupakan pion Yahudi untuk obsesi
besarnya menguasai dunia. Di dalam satu bagian dari buku Knights Templar
Knights of Christ (Rizki Ridyasmara), ditulis:
…Setelah ditemukan (Colombus), orang-orang Yahudi melakukan imigrasi
besar-besaran ke Amerika Selatan, terutama Brazil. Louis Torres menetap
di Kuba dan membuka perkebunan tembakau yang kemudian diekspor ke Eropa
dan mancanegara sehingga sekarang ia dikenal sebagai ‘Bapak Tembakau’.
Tak lama kemudian terjadi perang antara Brazil dengan Belanda.
Peperangan ini membuat kaum Yahudi di Brazil tidak merasa aman dan
mereka kemudian pindah ke Nieuw Amsterdam, sebuah koloni Belanda yang
terletak di Amerika Utara.
Gubernur Jenderal Pieter Stuyvessant yang berkuasa di Nieuw Amsterdam
mengetahui imigrasi orang-orang Yahudi di wilayahnya. Stuyvessant
sendiri tidak menyukai kehadiran orang-orang Yahudi. Namun akibat campur
tangan pemodal Yahudi internasional, Stuyvessant akhirnya mengalah dan
membolehkan mereka tinggal di koloninya. Walau demikian terhadap
orang-orang Yahudi itu, Stuyvessant memberlakukan sejumlah persyaratan.
Di antaranya, orang-orang Yahudi tidak boleh menjadi ambtenaar (pegawai
pemerintah) dan juga dilarang berdagang komoditas tertentu. Hal ini
menjadikan saudagar-saudagar itu memutar otak untuk bisa menghasilkan
uang.
Saat itu, di kota baru ini juga terdapat banyak imigran Eropa yang
miskin, pakaiannya lusuh dan bahkan jarang yang diganti. Akhirnya para
saudagar Yahudi ini membuka sebuah usaha baru yang sebelumnya belum di
kenal oleh dunia: berdagang pakaian bekas. Dan ini ternyata laku keras.
Zen Maulani mencatat, “Adalah masyarakat Yahudi yang pertama kali
menjadikan pakaian bekas sebagai komoditas perdagangan di dunia. Bisnis
itu di kemudian hari mereka kembangkan ke industri pakaian murahan, yang
kini dikenal dengan jenis pakaian ‘jeans’ dan ‘denim’ yang semula
terbuat dari bahan kain layar (terpal) yang murah, kuat, serta tahan
lama, yang terutama sekali cocok bagi pekerja di daerah pedalaman
Amerika Serikat. Salah satu nama yang kesohor hingga kini adalah Strauss
Levi. Orang-orang Yahudi adalah pedagang pertama di dunia yang
memperdagangkan apa saja dari barang-barang bekas, mereka adalah kaum
pemulung pertama di dunia.”
Nieuw Amsterdam pun menjadi pusat perdagangan pakaian bekas yang
dilakukan para saudagar Yahudi. Orang-orang Yahudi menamakan kota
tersebut sebagai The New Yerusalem. Tak sampai setengah abad kemudian
Inggris merebut koloni itu dan mengganti nama Nieuw Amsterdam dengan New
York.
Hingga sekarang, New York menjadi kota dan negara bagian dengan
konsentrasi orang Yahudi terbesar di seluruh Amerika Serikat. Bahkan New
York mencatat sebagai kota dengan jumlah penduduk terpadat di seluruh
Amerika Serikat.
Saat berlangsung Revolusi Amerika saja, jumlah mereka ditaksir
sekitar empat ribu jiwa. Setengah abad kemudian jumlahnya membengkak
menjadi 3,3 juta jiwa. Orang-orang Yahudi sudah terlibat dalam Perang
Kemerdekaan Amerika melawan Inggris. Namun seperti yang sudah-sudah,
Tentara Konstinental di bawah pimpinan Jenderal George Washington
mendapat bantuan dana perang dari para saudagar Yahudi Amerika,
sedangkan Rothschild mengucurkan bantuan kepada pihak Inggris. Dan yang
menang perang, lagi-lagi Yahudi.
Ketika negara Amerikat Serikat belum terbentuk, dan bahkan Inggris
belum menjadikan Amerika sebagai koloninya, orang-orang Yahudi telah ada
di sana dengan jalan membantai penduduk asli Indian. Sama seperti yang
dilakukan Zionis-Yahudi yang memenuhi Tanah Palestina dan membunuhi
penduduk aslinya, Muslim Palestina.
Christopher Columbus berlayar di bawah Salib Templar atas dana
Pemodal Yahudi, Columbus juga beristerikan seorang puteri Templar, dan
awaknya banyak yang Yahudi. Tak heran, tidak lama setelah Columbus
menjejakkan kakinya di Amerika, orang-orang Yahudi Spanyol dan kemudian
disusul dengan Yahudi-Yahudi lainnya melakukan imigrasi memenuhi tanah
Amerika, dan mengusir atau membantai penduduk aslinya, suku Indian.
Jika saja sejarah benar-benar sebuah paparan yang jujur tentang masa
lampau, maka saat ini kita akan menyebut ekspedisi Columbus sebagai
ekspedisi perampok dan pembunuh. Demikian pula para imigran Eropa yang
datang dan mendirikan koloni di Amerika. Sejarah tidak pernah mencatat
dengan jujur, seberapa banyak orang-orang Indian yang menemui ajal
dibunuh oleh orang-orang Eropa yang mendarat di sana. Namun sejarah
ternyata bukan paparan jujur tentang masa lampau, tapi kisah para
pemenang, yang tentu saja merasa benar sendiri. Hal ini diabad ke-21
diteruskan oleh kelompok Zionis-Israel dan juga kaum Hawkish di Amerika
Serikat yang memiliki semboyan “Mighty is the Right” atau Kekuatan
adalah Kebenaran. (Tamat/Rizki Ridyasmara)
***
sumber: eramuslim
*Masihkah Donald Trump ingin mengusir dan menolak kedatangan Muslim di AS...?
*Dengan tulisan ini Donald Trump malu dan mengundurkan diri jadi kandidat calon presiden AS!
[ FAKTA] Amerika, Negeri Muslim Yang Hilang (1)
[ FAKTA] Amerika, Negeri Muslim Yang Hilang (2)
[ FAKTA] Amerika, Negeri Muslim Yang Hilang (3)
[ FAKTA] Amerika, Negeri Muslim Yang Hilang (1)
[ FAKTA] Amerika, Negeri Muslim Yang Hilang (2)
[ FAKTA] Amerika, Negeri Muslim Yang Hilang (3)
0 Response to "[ FAKTA ] Amerika, Negeri Muslim Yang Hilang [Tamat]"
Post a Comment