Shelley Lubben, mantan bintang film porno, membuat pengakuan
mengejutkan. Industri pornografi, menurut dia, penuh dengan kepalsuan.
Shelley mengingatkan Amerika bahwa misi industri pornografi adalah untuk
“menghancurkan Anda dan keluarga melalui kemampuannya memikat Anda,
mendukung kecanduan Anda terhadap pornografi, dan mengambil keuntungan
dari itu”.
Mantan penari telanjang, pelacur, dan aktris film porno era ’80 hingga
’90-an ini menderita berbagai efek negatif dari industri pornografi. Dia
pernah didiagnosa menderita Bipolar Disorder, Post Traumatic Stress Disorder, Deppressive Disorder, Impulse Control Disorder, dan trauma lainnya akibat kekerasan dalam industri seks.
Pada 1994, dia terinfeksi Herpes pada kelaminnya ketika masih produktif
bermain film porno. Tak lama kemudian penyakitnya itu berkembang menjadi
kanker serviks.
Shelley juga pernah mengalami kehamilan yang tak dikehendaki dari
kegiatan prostitusinya, dan dua di antaranya berakhir dengan keguguran.
Belakangan, bersama suaminya, dia mengalami kehamilan Entopis dan tiga
kali keguguran.
Shelley kini mengerti betapa merusaknya industri pornografi itu. Setelah
menemukan Tuhan dan melalui delapan tahun masa pemulihan di Champion’s
Center di Tacoma, Washington, Shelley kini mulai dapat hidup normal.
Kebohongan Industri Pornografi
Pornografi kini menjadi konsumsi yang tak asing lagi bagi berbagai
kalangan, orang dewasa hingga kanak-kanak. Berdasar data comScore Media
Metrix, 71,9 juta orang mengunjungi situs porno pada Agustus 2005.
Industri pornografi di Amerika Serikat meraup USD12 miliar setahunnya.
Angka itu lebih besar dibanding gabungan pendapatan event olahraga NFL,
NBA, dan Major League Baseball. Di seluruh dunia, bisnis porno meraup
USD57 miliar.
Sebagai perbandingan, raksasa produsen peranti lunak Microsoft hanya mendapatkan USD36,8 miliar pada 2004.
Pornografi bukan saja merupakan hal yang menyebabkan kecanduan, namun
juga menyebarkan kebohongan tentang perempuan. Pornografi, menurut
Shelley, mengeksploitasi dan merendahkan martabat kaum hawa. Pornografi
membuat perempuan menjadi objek, bukan sebagai orang yang memiliki
perasaan dan pendapatnya pribadi.
“Mereka (perempuan) hanya menjadi ‘binatang peliharaan’ atau ‘teman
bermain’, yang dinilai hanya dari leher ke bawah. Perempuan dianggap tak
lebih dari sekadar segumpal daging,” ujarnya.
“Kebohongan lain dari industri pornografi memaksa Anda percaya jika
seorang aktris menyukai seks. Mereka ingin Anda berpikir perempuan
menikmati penghinaan dengan segala macam tindakan yang menjijikkan,”
ungkapnya.
Dalam bukunya, Shelley menulis:
Banyak yang percaya perempuan menikmati pembuatan film porno,
namun kenyataannya mereka mengalami akhir yang tidak bahagia. Perempuan
tidak menikmati pembuatan film itu, dan jika Anda melihat lebih dekat
proses pembuatannya, Anda akan mengetahui beberapa alasannya.
Di dunia seks hardcore, hari yang dialami aktris porno sangat panjang dan membosankan. Perempuan diminta datang pukul delapan pagi untuk dirias, dan itu hanya untuk memastikan si aktris tiba tepat waktu untuk bekerja. Bintang porno memiliki kebiasaan datang terlambat, karena mereka kerap mengonsumsi obat-obatan terlarang atau alkohol di malam sebelumnya.
Setelah dirias, aktris porno biasanya menunggu berjam-jam sampai giliran mereka direkam tiba. Beberapa adegan dilakukan selama satu jam, dan beberapa selama beberapa jam. Itu sangat bergantung apakah aktor pria dapat “perform” atau tidak pada adegan pertama. Itu juga tergantung jika aktris harus berhenti karena tidak dapat menahan sakit akibat adegan hardcore.
Saat menunggu, pemain film porno yang kelelahan biasanya masuk ke kamar kecil dengan berbotol-botol alkohol atau pergi ke mobil mereka untuk mengonsumsi heroin, atau berkumpul di belakang dengan aktor lainnya untuk merokok mariyuana.
Perempuan tidak pernah merasakan kenikmatan karena pemotongan adegan yang terus menerus. Sutradara kerap berteriak “cut” dan aksi yang sedang berlangsung diinterupsi untuk mendapatkan gambar yang lebih baik, menyesuaikan pencahayaan, atau mengolesi tubuh dengan cairan.
Berkali-kali sutradara menghentikan adegan dan meminta aktor untuk “menyetop” gerakan, sehingga membuat kesakitan psikis dan emosi bagi aktris.
Saya berbicara berdasar pengalaman pribadi, ketika gerakan diminta untuk “berhenti (freeze)” pada posisi tertentu selama beberapa menit, hanya untuk menyesuaikan cahaya atau kamera, saya merasakan sakit dan terhina. Sangat memalukan pula ketika adegan dihentikan hanya untuk mengoleskan cairan seperti air mani, kotoran manusia, atau darah.
Meski faktanya perempuan tidak menikmati pembuatan film porno, mereka terus berbohong kepada penggemarnya dan dengan bangga mengaku menikmati pembuatannya. Tentu itu mereka lakukan. Mereka mendapat bayaran ratusan dan ribuan dolar untuk berbohong karena ini adalah pekerjaan mereka. Bintang porno dibayar sebagai pembohong profesional yang tahu bagaimana berbuat dan mereka melakukannya dengan baik.
Saya dulu menyombongkan diri terus menerus kepada penggemar dan sutradara mengenai kesukaan saya bermain di film porno. Saya berbohong 100 persen saat itu kepada 100 persen orang. Berbohong merupakan bahasa ibu bagi bintang porno, karena mereka tidak dapat mengatakan yang sesungguhnya. Sebab, tidak hanya akan merusak fantasi penggemarnya, namun yang lebih penting akan menjatuhkan jumlah pembayaran cek.
Jangan percaya aktris porno saat mereka mengaku menikmati pembuatan film. Mereka hanya berakting.
Saat ini Shelley dan suaminya, Garret, mendirikan Yayasan Pink
Cross, lembaga nonprofit untuk memberikan dukungan bagi mereka yang
ingin keluar dari industri seks.
Support:
"luar biasa, selamat anda
telah keluar dari lingkaran hitam saya bangga denga sikap seperti anda
lakukan, tidak mudah keluar dari balck hole dunia itu…., saya salut pada
anda betapa keras usaha anda sampai sekarang…,"
0 Response to "[ Kisah Nyata ] Pengakuan Eks Bintang Film Porn0"
Post a Comment