Gambar 1. Masjid Essalam |
Rotterdam adalah kota terbesar ke dua
di Belanda dan salah satu kota pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia.
Mungkin karena faktor itulah, Rotterdam adalah kota dengan prosentase
penduduk asing tertinggi di Belanda. Sekitar 47% penduduk
Rotterdam
merupakan ketururnan Suriname, Turki, Maroko, Aruba, dan lain-lain.
Karakteristik kota Rotterdam adalah kota ini tampak cantik dengan
arsitektur bangunan modern, berbeda dengan kota-kota lain di Belanda
yang khas dengan bangunan kota tua dan peninggalan jaman dulu.
Ikon
arsitektur terkenal di Rotterdam antara lain Erasmus Bridge, Cubic House dan Euromast. Di bidang pendidikan, universitas utama di Rotterdam adalah Erasmus University Rotterdam (EUR), dengan Fakultas Kedokteran-nya (Erasmus Medical Center) sebagai tempat penulis belajar.
Kurang lebih 13% warga Rotterdam
beragama Islam. Tidak sulit untuk menemukan makanan halal di sini. Yang
menarik, walikota Rotterdam saat ini beragama Islam. Beliau adalah Ahmed Aboutaleb,
warga Belanda yang memiliki garis keturunan Maroko yang menjadi
walikota Rotterdam sejak bulan Januari 2009. Beliau adalah satu–satunya walikota muslim di negeri Belanda.
Di Rotterdam, kita dengan mudah menemukan masjid yang banyak tersebar di seluruh penjuru kota. Namun,
banyak masjid yang tidak tampak sebagai masjid, karena bangunannya
tampak seperti apartemen yang menyatu dengan rumah-rumah, apartemen,
atau kantor di sekelilingnya. Hanya satu dua masjid saja yang tampak
sebagai masjid, seperti adanya menara dan kubah khas masjid. Pendatang
baru mungkin akan kesulitan mencari lokasi-lokasi masjid tersebut,
meskipun sebenarnya ada di mana-mana.
Masjid-masjid tersebut dikelola oleh
warga keturunan Turki, Maroko, Pakistan, Somalia, Boznia atau Indonesia.
Uniknya, sebagian masjid di Rotterdam dulunya adalah bangunan bekas
gereja yang kemudian beralih fungsi menjadi masjid. Oleh karena itu,
banyak bangunan masjid di Rotterdam dari luar tampak seperti bangunan gereja, gedung, atau rumah biasa.
Masjid Essalam (Gambar 1) yang terletak di bagian selatan kota Rotterdam, adalah masjid terbesar di Belanda.
Masjid ini terletak tidak jauh dari Stadion de Kulp, kandang dari klub
sepakbola Feyenoord. Melalui tulisan ini, kami ingin menggambarkan
sedikit tentang kehidupan muslim di Rotterdam.
Aktivitas pelajar muslim di Erasmus Medical Center (EMC)
Seperti halnya kampus fakultas
kedokteran (FK) lainnya, kampus FK EUR menjadi satu kompleks dengan
rumah sakit (EMC). Di gedung fakultas, terdapat satu ruang khsusus untuk
shalat yang memadai, cukup luas dengan tempat shalat putra dan putri
yang dipisah.
Sedangkan di rumah sakit EMC, terdapat 2 tempat shalat
yang bisa dijadikan alternatif. Sambil menunggu waktu shalat, kita bisa
berbagi pengalaman dengan pelajar
muslim lainnya yang sebagian besar merupakan warga keturunan Turki atau
Afghanistan, dan ada pula (meskipun sedikit) yang dari Irak, Maroko,
Pakistan dan bahkan warga Belanda.
Apabila masuk waktu shalat, kami
leluasa meninggalkan kelas dengan pemberitahuan terlebih dahulu ke dosen
yang mengajar, mereka tidak keberatan sama sekali. Begitu pula apabila
shalat Jumat. Kami biasa shalat jumat di
musholla di gedung fakultas, meskipun hanya sedikit jamaah yang hadir,
sekitar 10-15 orang. Khutbah disampaikan dalam bahasa Inggris. Kami
sangat bersyukur bahwa di EMC ini, kami tidak perlu jauh-jauh untuk
menghadiri shalat Jumat, berbeda dengan pelajar di kota lainnya.
Saat awal-awal kuliah, terdapat jadwal
kuliah yang bentrok dengan shalat Jumat. Setelah kami diskusikan secara
baik-baik, pihak pengelola program S2 EMC dengan senang hati mengubah
jadwal kuliah untuk memberikan kesempatan kepada pelajar
muslim agar bisa shalat Jumat. Yang menarik, terkadang teman-teman dan
kolega kami sendiri yang notabene non-muslim, mengingatkan untuk segera
shalat Jumat ketika waktu sudah tiba dan meninggalkan kesibukan kami di lab.
Demikian pula saat hari raya, kami leluasa meminta ijin untuk tidak
mengikuti di kelas atau ijin libur. Hal ini karena di Belanda, hari raya
Idul Fitri dan Idul Adha tidak masuk dalam hari libur nasional resmi
pemerintah.
Ketika bekerja di laboratorium untuk
penelitian, sangat penting untuk menjelaskan posisi kita sebagai seorang
muslim. Mereka akan sangat menghormati. Semua teman, dosen pembimbing
dan teknisi di laboratorium tahu (dan harus tahu) bahwa “saya adalah
seorang muslim”. Apabila ada acara-acara di laboratorium, mereka akan
secara khsusus menyediakan makanan dan minuman yang halal bagi penulis
dan pelajar muslim lainnya di sini. Meskipun terkadang mereka
membanding-bandingkan dengan pelajar muslim lainnya yang tetap saja ikut
mabuk, mereka akan sangat respek dengan sikap tegas kita dalam
menjalankan agama Islam. Jangan pernah malu untuk menyampaikan identitas
kita sebagai seorang muslim di sini.
Penulis sangat bersyukur bahwa
ketika menempuh program S3 (PhD) di sini, supervisor atau dosen
pembimbing (co-promotor) penulis adalah seorang muslim yang taat.
Terkadang ketika masuk waktu shalat Dzuhur atau Ashar, beliau mengajak
penulis untuk shalat berjamaah di musholla fakultas. Demikian juga
ketika weekend (hari Sabtu atau Ahad), beliau terkadang mengajak penulis
untuk mengunjungi saudara-saudara muslim lainnya di kota ini.
Persatuan Pelajar Muslim Rotterdam (PPMR)
Ketika kota-kota lainnnya di Belanda
hanya memiliki satu wadah organisasi pelajar Indonesia, yaitu
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), maka di Rotterdam terdapat pula
wadah khusus bagi pelajar muslim, yaitu Persatuan Pelajar Muslim
Rotterdam (PPMR). Bahkan pernah dalam sejarahnya, PPMR justru lebih
dominan dan lebih aktif dibandingkan PPI. Secara rutin, PPMR mengadakan
pengajian bulanan, pengumpulan zakat dan sedekah, dan aktivitas lain
seperti olahraga (sepakbola) bersama.
Kadang-kadang, kegiatan-kegiatan
tersebut juga bekerja sama dengan PPI Rotterdam. PPMR adalah tempat bagi
pelajar muslim di Rotterdam untuk bisa saling mengingatkan dan
menasihati dalam kebaikan, sehingga tidak terlena dengan kehidupan dunia
selama studi di Rotterdam dan tetap mengingat akhirat. Yang memiliki
kemampuan dalam menulis, bisa menuangkan ide dan gagasannya di blog
PPMR.
Organisasi Muslim di Rotterdam
Geliat kehidupan muslim di Rotterdam
juga tidak terlepas dari banyaknya organisasi-organisasi muslim di
Rotterdam. Mereka secara rutin mengadakan berbagai kegiatan keislaman
seperti pengajian dan belajar membaca Al-Qur’an. Saat bulan Ramadhan
tiba, mereka mengadakan buka puasa dan shalat tarawih bersama. Juga
mengatur pelaksanaan ibadah saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Berikut ini beberapa organisasi Islam di Rotterdam, terutama yang
dikelola oleh warga Indonesia yang tinggal di Rotterdam.
1. Indonesische Stichting Rotterdam (ISR)
Organisasi ISR mengelola Masjid Nasuha,
yang terletak tidak jauh dari Rotterdam Central Stasion (stasiun kereta
api utama di Rotterdam). ISR rutin mengadakan pengajian seminggu sekali
pada malam Ahad (Sabtu malam). Pengajian diadakan dalam bahasa Belanda karena beberapa jamah pengajian ISR adalah warga Belanda yang masuk Islam (muallaf) dan sulit memahami bahasa Indonesia.
Mayoritas jamaah adalah warga Indonesia yang sudah lama tinggal di
Rotterdam sehingga mereka pada umumnya dapat berbahasa Belanda. Juga
diadakan pelajaran membaca Al-Qur’an, terutama untuk anak-anak. Di
masjid Nasuha juga diadakan shalat Jumat rutin dengan khutbah berbahasa
Indonesia karena sebagian besar jamaah shalat Jumat adalah pelajar
Indonesia di Rotterdam. ISR juga berkontribusi untuk menerjemahkan
Al-Qur’an ke dalam bahasa Belanda dan sudah dicetak.
2. Himpunan Masyarakat Muslim Indonesia Rotterdam (HIMMI)
HIMMI juga rutin mengadakan pengajian
dan kegiatan belajar membaca Al-Qur’an, baik untuk orang tua maupun
anak-anak yang diadakan setiap hari Sabtu sore. Mayoritas jamaahnya juga
warga Indonesia yang sudah tinggal lama di Rotterdam sehingga
kegiatan-kegiatan HIMMI diadakan dalam bahasa Indonesia.
3. Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa Rotterdam (PPME)
PPME adalah organisasi pemuda muslim
se-Eropa dan memiliki banyak cabang di Belanda, seperti PPME Amsterdam,
PPME Den Haag, dan PPME Rotterdam. Sama seperti ISR dan HIMMI, PPME juga
mengadakan pengajian rutin untuk orang dewasa dan anak-anak, baik dalam
bahasa Indonesia maupun bahasa Belanda yang mereka adakan tiap 2 minggu
sekali. Saat ini, PPME sedang merencanakan untuk membangun Masjid
Tafakur sebagai pusat kegiatan mereka di Rotterdam, dengan total biaya
kurang lebih 787.482 Euro (silakan dikalikan dengan kurs 1 Euro +/- Rp
15.000).
4. Al-Jamiatul Hasana
Organisasi ini didominasi oleh orang-orang Jawa keturunan Suriname. Mereka mengadakan pertemuan hari Ahad pekan ke
tiga setiap bulannya dengan diisi kajian umum tentang keislaman. Bahasa
pengantar di sini adalah bahasa Jawa dan Belanda sehingga bagi
rekan-rekan yang berasal dari suku Jawa, tidak ada salahnya untuk
sesekali mengikuti pengajian mereka sekaligus merasakan hidangan jajanan
pasar khas Jawa yang menjadi menu wajib mereka. Dan juga mendengar percakapan dalam bahasa Jawa ala Suriname.
Sekolah Islam di Rotterdam
Bagi orang tua yang memiliki anak,
terdapat alternatif untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah
Islam. Di sini, mereka tidak hanya belajar pelajaran umum saja, tetapi
juga diajarkan membaca dan menghapal Al-Qur’an, belajar menulis Arab,
menghapal hadits dan doa sehari-hari, juga pelajaran tentang praktek
ibadah seperti shalat, meskipun dengan frekuensi yang relatif masih
sedikit. Mayoritasnya tetap belajar pelajaran umum.
Kadang juga diadakan
pelajaran manasik haji. Pelajaran Islam tambahan bisa mereka dapatkan
dengan mengaji di masjid selesai jam sekolah. Mereka juga diajarkan
tentang akhlak sehingga dapat memiliki akhlak dan perilaku yang berbeda
dengan para remaja di Belanda secara umum. Sekolah-sekolah Islam ini
tetap disubsidi oleh pemerintah Belanda sehingga tidak perlu membayar
alias gratis sebagaimana sekolah-sekolah umum di Belanda lainnya. Kalaupun masih ada iuran, hanya sekitar 50 euro (Rp 750.000) per tahun.
Mari Belajar Islam Lebih Dalam Lagi
Sebagian (atau mayoritas) warga Belanda
adalah atheis, tidak mengakui adanya Pencipta alam semesta ini sehingga
mereka pun tidak memiliki agama tertentu. Beberapa di antara mereka
seringkali berdiskusi dan bertanya kepada kami tentang apa itu Islam,
misalnya ketika mereka melihat kami meminta ijin untuk shalat atau
menunaikan ibadah puasa. Pertanyaan kadang bisa jauh lebih dalam,
misalnya tentang Al-Qur’an, tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang
surga dan neraka, pahala dan dosa, puasa Ramadhan dan sebagainya.
Sebagian di antara mereka mempersepsikan Islam sebagai agama yang sangat
berat dijalani, karena harus shalat lima waktu setiap hari dan juga ibadah puasa, terutama jika bulan Ramadhan bertepatan dengan musim
panas. Di sinilah kami berpikir bahwa hendaknya siapa pun yang ingin
sekolah di luar negeri (terutama di Eropa), jangan lupa untuk membekali
diri dengan ilmu agama yang cukup. Selain untuk menjaga diri kita di
tengah-tengah pergaulan selama di Eropa, juga bisa digunakan sebagai
sarana dakwah untuk mengenalkan Islam kepada mereka, di antaranya
melalui diskusi informal seperti ini.
Demikian sekilas tentang kehidupan warga muslim di Rotterdam. Di tengah-tengah kehidupan Belanda yang serba bebas (perkawinan sejenis, narkotika, pornografi, status anak tanpa nikah,
dilegalkan di sini), masih terdapat saudara-saudara muslim kita di
Rotterdam yang dengan teguh berusaha berpegang dengan agamanya dan
mempelajari agama Islam sedikit demi sedikit. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan mereka, di manapun berada.
***
sumber
0 Response to "Jejak Islam di Kota Rotterdam, Negeri Kincir Angin Belanda"
Post a Comment