Rapat Gelap di Balik Penyebutan Teroris

2014
“Barusan ada pengeboman di Plaza Y, Bos”
“Bagus, segera naikkan. Kasih judul Aksi Terror Guncang Kota”
Sehari kemudian
“Bos, pelakunya tertangkap”
“Muslim atau bukan?”
“Muslim, Bos”
“Jadikan headline, Teroris Plaza X Tertangkap”
“Tapi belum ada data keterlibatan jaringan terorisme, Bos”
“Cari dong. Itu tugas kamu. Kalau nggak ada keterlibatan, hubungkan dengan masjid yang pernah ia kunjungi, pengajian yang pernah ia ikuti, atau tokoh garis keras yang pernah ia temui”

2015
“Ada pengeboman 5 menit yang lalu di Mall X, Bos”
“Bagus, segera naikkan. Kasih judul Aksi Terror Guncang Kota”
Sehari kemudian
“Bos, ternyata pelakunya non Muslim. Ini polisi sedang konferensi pers”
“Oke, untuk berita selanjutnya hilangkan kata teroris”
“Diganti istilah apa Bos?”
“Pokoknya bukan teroris”
“B.. Baik, Bos”

Dialog di atas hanya sebuah ilustrasi. Jika secara kebetulan persis dengan dialog di sebuah organisasi atau institusi, ketahuilah bahwa kami tidak pernah menyadap Anda.

Tulisan ini hanya berniat meneruskan pesan dari umat Islam:
“Kenapa hanya umat muslim aja disebut teroris.. di mana letak keadilan..dan kemnusiaan.. benar-benar tak punya hati nurani....,” tulis Julia melalui akun Facebook pribadinya. “Pasti dia bukan teroris... karena bukan orang islam... Walaupun sudah ngebom mall yang sama sudah 4 kali,” tulis Tam Putra Makoya.

“Teroris itu khusus buat orang Islam aja kalo non muslim bukan teroris... ya kan paaaaakkk???” tulis Agustin Mae. [Ibnu K/Tarbiyah.net]
sumber tarbiyah

0 Response to "Rapat Gelap di Balik Penyebutan Teroris "