Saya awali dengan sebuah cerita sederhana yang insya Allah bisa kita ambil hikmah dari kisah ini, pagi hari ketika saya ingin berangkat kerja saya pun biasa menaiki bus dari Bekasi ke Terminal Senen, dengan kondisi bus yang penuh dengan penumpang dan tempat duduk pun sudah terisi oleh penumpang yang lain, saya pun terpaksa harus berdiri selama dua jam di dalam bus.
Tak hanya saya sendiri yang berdiri ternyata ada seorang ibu paruh baya yang juga sedang berdiri di sebelah saya.
Kemudian mata saya tiba-tiba tertuju pada seorang pemuda yang sedang menikmati bacaan tilawahnya sambil duduk di kursi. Sang ibu pun posisinya tepat di samping beliau, dalam hati saya terbelesit sebuah ungkapan, "Kenapa mas yang sedang tilawah itu tidak memberikan kesempatan kepada ibu ini untuk duduk, bukankah di dalam Al Qur'an kita harus saling tolong-menolong? Setidaknya sebagai seorang pemuda ia bisa merelakan kursi yang ia duduki untuk diberikan kepada sang ibu."
Selama perjalanan dua jam di dalam bus, hati saya sempat beberapa kali merasa terheran-heran dan selalu saja menilai pemuda yang sedang duduk itu seperti egois. Perjalanan menuju Terminal Senen pun sudah semakin dekat, dan sang ibu masih tetap berdiri dan terlihat seperti kelelahan karena terlalu lama berdiri. Satu persatu penumpang pun turun termasuk sang ibu yang tadi berdiri di dalam bus, dan tiba-tiba mata sayapun tertuju kepada pemuda tadi.
Dengan kagetnya saya melihat ternyata beliau itu memiliki keterbatasan pada kakinya! Ia ternyata hanya bisa menggunakan kaki kanannya saja, sementara sebagai penyeimbang ia menggunakan tongkat kecil yang ia sembunyikan di bawah kursi.
Dalam hati saya pun langsung beristigfar, menyesali penilaian saya yang begitu sembrono dan salah tentang pemuda tadi, dengan mudahnya saya telah berburuk sangka terhadap pemuda tadi, dan seketika itu juga ketika beliau turun saya memberanikan diri untuk membantu beliau untuk turun dari bus dan dengan nada penyesalan saya pun memberanikan diri untuk meminta maaf kepada beliau, walaupun sesungguhnya beliau tidak secara langsung merasakan prasangka buruk yang saya lontarkan kepada beliau, saya tetap merasa sangat bersalah, karena saya yakin Allah tahu isi dari setiap hati hambaNya.
Dari kisah yang saya alami di atas harus kita yakini bahwa kehidupan yang kita jalani tidak terlepas dari segala macam prasangka dan penilaian terhadap apa yang kita lihat dan kita rasakan.
Inilah yang disebut dengan buruk sangka (suudzan) yang kerap kali datang diiringi dengan penyakit hati yang lain seperti hasad, dengki, dzalim dan kesombongan. Mereka yang senantiasa terangsang hati dan pikirannya untuk berburuk sangka terhadap apa yang dilihat dan dirasakan hanya akan menyebabkan ketidaktenangan dan keresahan jiwa.
Selain itu ketika perasaan buruk sangka itu muncul maka akan menimbulkan suatu efek pada diri kita yaitu kita akan disibukkan untuk menilai perilaku ataupun perbuatan orang lain yang kita nilai buruk, padahal belum tentu buruk menurut pandangan Allah. Sehingga kita terbuai dan lupa bahwa diri kita sudah terjerat oleh bujuk rayu dan hasutan syetan.
Maka dalam hal ini ada beberapa hal yang menyebabkan datangnya buruk sangka yaitu:
1. Bujuk rayu syetan
Begitu halusnya syetan membisikan rayuan kepada kita agar kita masuk ke dalam perangkap suudzan sehingga kita terbuai dan terlena menikmati keburuksangkaan kita terhadap orang lain.
2. Kelemahan Jiwa
Jiwa yang lemah akan mudah sekali untuk dirasuki oleh pikiran negatif sehingga kebaikan apapun yang kita lihat akan tetap kita nilai negatif, maka pentingnya memiliki jiwa yang sehat yaitu jiwa yang dibentengi oleh ruhiyah yang terjaga dalam setiap amalan.
3. Kesombongan
Penyakit ini menyebabkan diri kita akan merasa lebih baik dibandingkan dengan orang lain, mereka yang terjangkit kesomboangan akan mudah sekali terjangkit perasaan buruk sangka.
4. Keburukan bathin
Orang yang sering berburuk sangka akan menilai bahwa orang lain pun memiliki pemikiran yang sama seperti yang ia pikirkan. Dia akan merasa orang lain juga akan berpikiran buruk tentangnya, sehingga ia tidak merasa bersalah ketika harus membeberkan keburukan orang lain.
Dari keempat hal diatas sebenarnya masih banyak lagi penyebab datangnya prasangka buruk yang bisa menggrogoti hati dan pikiran kita. Maka untuk menghindari adanya buruk sangka ini, kita membutuhkan suplemen yang bisa memproteksi dan memberikan kekebalan terhadap hati dan pikiran agar kita tidak mudah terhasut buruk sangka. Sebagaimana Firman Allah SWT yang melarang hamba-Nya yang beriman untuk berprasangka.
1. Jangan mencari kekurangan orang lain
Manusia adalah tempatnya alpa, siapapun diri kita pasti pernah melakukan kesalahan, maka tugas utama kita bukanlah untuk menghakimi dan mencari kekurangan orang lain sehingga kita lupa bahwa diri kita sendiri sesungguhnya lebih banyak kesalahannya dibandingkan dengan orang yang kita nilai.
2. Bermuhasabah setiap hari
Muhasabah atau introspeksi diri merupakan sarana yang penting agar diri kita terhindar dari segala prasngka buruk, karena dengan adanya muhasabah diri setiap hari setidaknya kita bisa berkaca dan mengetahui kekurangan diri kita dibandingkan dengan menilai kekurangan orang lain.
3. Perbaiki dan bersihkan diri dari sifat buruk
Tidak dapat dipungkiri bahwa diri kita ini akan semakin mudah untuk terjangkit sifat sifat buruk yang mendatangkan buruk sangka manakala kita tidak punya upaya untuk memperbaiki diri dan berkaca dari kesalahan masa lalu ataupun kesalahan orang lain. Maka kita harus berani menekankan kepada diri kita bahwa segala perbuatan buruk sangka hanya akan memakan kebaikan yang kita lakukan dan mengundang sifat sifat buruk yang lainnya.
Mari kita renungi juga Pesan dari Rasulullah SAW:
Mulai saat ini, sertakan selalu hati dan pikiran yang bersih dan jernih dalam menilai sesuatu, karena hitamnya hati hanya akan membutakan segala kebaikan yang ada di depan mata kita, karena sungguh Allah Maha Mengetahui segala isi didalam hati kita dan segala sesuatu prasangka yang terbelesit di dalam hati kita, tak pernah luput dari perhatian Allah SWT.
Wallahualam bishshawab.
sumber
Tak hanya saya sendiri yang berdiri ternyata ada seorang ibu paruh baya yang juga sedang berdiri di sebelah saya.
Kemudian mata saya tiba-tiba tertuju pada seorang pemuda yang sedang menikmati bacaan tilawahnya sambil duduk di kursi. Sang ibu pun posisinya tepat di samping beliau, dalam hati saya terbelesit sebuah ungkapan, "Kenapa mas yang sedang tilawah itu tidak memberikan kesempatan kepada ibu ini untuk duduk, bukankah di dalam Al Qur'an kita harus saling tolong-menolong? Setidaknya sebagai seorang pemuda ia bisa merelakan kursi yang ia duduki untuk diberikan kepada sang ibu."
Selama perjalanan dua jam di dalam bus, hati saya sempat beberapa kali merasa terheran-heran dan selalu saja menilai pemuda yang sedang duduk itu seperti egois. Perjalanan menuju Terminal Senen pun sudah semakin dekat, dan sang ibu masih tetap berdiri dan terlihat seperti kelelahan karena terlalu lama berdiri. Satu persatu penumpang pun turun termasuk sang ibu yang tadi berdiri di dalam bus, dan tiba-tiba mata sayapun tertuju kepada pemuda tadi.
Dengan kagetnya saya melihat ternyata beliau itu memiliki keterbatasan pada kakinya! Ia ternyata hanya bisa menggunakan kaki kanannya saja, sementara sebagai penyeimbang ia menggunakan tongkat kecil yang ia sembunyikan di bawah kursi.
Dalam hati saya pun langsung beristigfar, menyesali penilaian saya yang begitu sembrono dan salah tentang pemuda tadi, dengan mudahnya saya telah berburuk sangka terhadap pemuda tadi, dan seketika itu juga ketika beliau turun saya memberanikan diri untuk membantu beliau untuk turun dari bus dan dengan nada penyesalan saya pun memberanikan diri untuk meminta maaf kepada beliau, walaupun sesungguhnya beliau tidak secara langsung merasakan prasangka buruk yang saya lontarkan kepada beliau, saya tetap merasa sangat bersalah, karena saya yakin Allah tahu isi dari setiap hati hambaNya.
Dari kisah yang saya alami di atas harus kita yakini bahwa kehidupan yang kita jalani tidak terlepas dari segala macam prasangka dan penilaian terhadap apa yang kita lihat dan kita rasakan.
Terkadang prasangka yang hadir dan hinggap di hati dan benak kita seperti butiran debu halus yang menempel pada pakaian yang kita kenakan, yang lambat laun jika prasangka ini tidak kita bersihkan ia akan semakin mengotori diri kita tanpa kita sadari, semakin mengotori hati sehingga hati kita akan semakin kronis bahkan mati.
Inilah yang disebut dengan buruk sangka (suudzan) yang kerap kali datang diiringi dengan penyakit hati yang lain seperti hasad, dengki, dzalim dan kesombongan. Mereka yang senantiasa terangsang hati dan pikirannya untuk berburuk sangka terhadap apa yang dilihat dan dirasakan hanya akan menyebabkan ketidaktenangan dan keresahan jiwa.
Selain itu ketika perasaan buruk sangka itu muncul maka akan menimbulkan suatu efek pada diri kita yaitu kita akan disibukkan untuk menilai perilaku ataupun perbuatan orang lain yang kita nilai buruk, padahal belum tentu buruk menurut pandangan Allah. Sehingga kita terbuai dan lupa bahwa diri kita sudah terjerat oleh bujuk rayu dan hasutan syetan.
Maka dalam hal ini ada beberapa hal yang menyebabkan datangnya buruk sangka yaitu:
1. Bujuk rayu syetan
Begitu halusnya syetan membisikan rayuan kepada kita agar kita masuk ke dalam perangkap suudzan sehingga kita terbuai dan terlena menikmati keburuksangkaan kita terhadap orang lain.
2. Kelemahan Jiwa
Jiwa yang lemah akan mudah sekali untuk dirasuki oleh pikiran negatif sehingga kebaikan apapun yang kita lihat akan tetap kita nilai negatif, maka pentingnya memiliki jiwa yang sehat yaitu jiwa yang dibentengi oleh ruhiyah yang terjaga dalam setiap amalan.
3. Kesombongan
Penyakit ini menyebabkan diri kita akan merasa lebih baik dibandingkan dengan orang lain, mereka yang terjangkit kesomboangan akan mudah sekali terjangkit perasaan buruk sangka.
4. Keburukan bathin
Orang yang sering berburuk sangka akan menilai bahwa orang lain pun memiliki pemikiran yang sama seperti yang ia pikirkan. Dia akan merasa orang lain juga akan berpikiran buruk tentangnya, sehingga ia tidak merasa bersalah ketika harus membeberkan keburukan orang lain.
Dari keempat hal diatas sebenarnya masih banyak lagi penyebab datangnya prasangka buruk yang bisa menggrogoti hati dan pikiran kita. Maka untuk menghindari adanya buruk sangka ini, kita membutuhkan suplemen yang bisa memproteksi dan memberikan kekebalan terhadap hati dan pikiran agar kita tidak mudah terhasut buruk sangka. Sebagaimana Firman Allah SWT yang melarang hamba-Nya yang beriman untuk berprasangka.
''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa... ' (QS. Al-Hujurat:12)
1. Jangan mencari kekurangan orang lain
Manusia adalah tempatnya alpa, siapapun diri kita pasti pernah melakukan kesalahan, maka tugas utama kita bukanlah untuk menghakimi dan mencari kekurangan orang lain sehingga kita lupa bahwa diri kita sendiri sesungguhnya lebih banyak kesalahannya dibandingkan dengan orang yang kita nilai.
2. Bermuhasabah setiap hari
Muhasabah atau introspeksi diri merupakan sarana yang penting agar diri kita terhindar dari segala prasngka buruk, karena dengan adanya muhasabah diri setiap hari setidaknya kita bisa berkaca dan mengetahui kekurangan diri kita dibandingkan dengan menilai kekurangan orang lain.
3. Perbaiki dan bersihkan diri dari sifat buruk
Tidak dapat dipungkiri bahwa diri kita ini akan semakin mudah untuk terjangkit sifat sifat buruk yang mendatangkan buruk sangka manakala kita tidak punya upaya untuk memperbaiki diri dan berkaca dari kesalahan masa lalu ataupun kesalahan orang lain. Maka kita harus berani menekankan kepada diri kita bahwa segala perbuatan buruk sangka hanya akan memakan kebaikan yang kita lakukan dan mengundang sifat sifat buruk yang lainnya.
Mari kita renungi juga Pesan dari Rasulullah SAW:
“Hati-hati kalian dari buruk sangka, karena itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi.” (HR. Imam Bukhari & Imam Muslim).
Mulai saat ini, sertakan selalu hati dan pikiran yang bersih dan jernih dalam menilai sesuatu, karena hitamnya hati hanya akan membutakan segala kebaikan yang ada di depan mata kita, karena sungguh Allah Maha Mengetahui segala isi didalam hati kita dan segala sesuatu prasangka yang terbelesit di dalam hati kita, tak pernah luput dari perhatian Allah SWT.
Wallahualam bishshawab.
sumber
0 Response to "Ketika Buruk Sangka Tak Dirasa"
Post a Comment