<< Rumah Batu, jejak Kesultanan Jambi, di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi. (VIVA.co.id/Ramond EPU)
Provinsi Jambi adalah daerah yang memiliki segudang keindahan alam dan
cagar budaya. Dengan kekayaan alam yang dimiliki, perpaduan sejumlah
budaya bertemu. Mulai budaya China, Eropa hingga Islam di masa
kesultanan. Salah satu jejak perkembangan kesultanan Jambi adalah di
Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi. Di sini
terdapat jejak sejarah berupa Rumah Batu.
Desa Olak Kemang berada di bagian utara Kota Jambi. Untuk mencapai
desa ini hanya beberapa menit dari Kota Jambi dengan menyeberangi Sungai
Batanghari. Di sini tak hanya kental dengan adat Islam-nya. Namun juga
berbagai jejak sejarah masuknya Islam di Sumatera dan tonggak berdirinya
Kesultanan Jambi.
Rumah Batu menjadi satu bangunan cukup mencolok di tengah permukiman penduduk Desa Olak Kemang.
Menurut penuturan Syarifah Aulia, yang juga pengurus Rumah Batu,
rumah yang dijaganya itu adalah peninggalan seorang penyebar agama Islam
di Kota Seberang pada abad ke-18 bernama Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri
yang dijuluki Pangeran Wiro Kusumo.
Ketika akan membangun rumah itu, Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri
mendapat banyak saran dari sahabat-sahabatnya kala itu, termasuk dari
Datuk Sintai, seorang pedagang dari negeri China. Lewat tangan Datuk
Sintai-lah rumah yang kini jadi cagar budaya kebanggaan Jambi itu
berdiri.
Paduan bangunan lokal, China, Arab dan bahkan Eropa, terkesan
kental pada bangunan tua dua lantai itu. Terlihat relief naga di dinding
bercat putih. Kemudian di sisi kanan terdapat sebuah batu berukiran
singa dan bunga. Lalu di pilar bagian dalam, tampak relief bertuliskan
huruf-huruf Arab.
Sementara, di bagian lantai dua memperlihatkan budaya bangunan
lokal Jambi dengan bahan kayu. Arsitektur gaya Eropa terlihat dari tiang
penyangga, bentuk teras dan tangga seluruhnya terbuat dari batu.
“Disebut Rumah Batu karena pada waktu pembangunannya, rumah ini
merupakan rumah batu pertama yang dibangun di daerah seberang sini,”
ujar Aulia.
Menurut Aulia, kala masih hidup, Pangeran Wiro Kusumo memiliki
kedudukan yang penting pada masanya, yakni sebagai penengah antara
Kesultanan Jambi dengan Belanda. Selain itu, dia juga ayah mertua dari
Sultan Jambi, Sultan Thaha Syaifuddin.
Pangeran Wiro Kusumo wafat pada tahun 1902 dan dimakamkan di Desa
Olak Kemang. Tepatnya di depan Masjid Al–Ikhsaniyah yang juga masjid
tertua di desa itu. Masjid juga dibangun Pangeran Wiro Kusumo pada tahun
1880.
Butuh perbaikan
Meski dikenal sebagai cagar budaya Jambi, rumah yang biasa disebut
Rumah Rajo itu belum dikelola sebagai aset wisata. Padahal, lokasinya
kerap dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah.
“Rumah Batu, masjid dan makam Pangeran Wiro Kusumo sudah menjadi
cagar budaya. Sudah banyak yang datang, sekadar foto-foto atau untuk
foto prewedding (foto pranikah),” ujar Aulia.
Meski demikian, perawatan rumah tua itu sampai sekarang masih
dilakukan seadanya oleh keluarga keturunan Said Idrus bin Said Hasan Al
Jufri. Kini tanggung jawab perawatannya berada di pundak Syarifah Aulia.
Sumber :Viva
Silakan share jika bermanfaat >>>
0 Response to "Rumah Batu, Jejak Kesultanan Jambi"
Post a Comment