BANYAK di antara manusia yang sering mengeluh atas apa yang terjadi.
Ia cenderung berputus asa dan menggantungkan hidupnya pada sesama
manusia lainnya. Seperti halnya dalam hal materi, yang selalu menunggu
pemberian dari orang lain. Maupun dalam pekerjaan, yang cenderung hanya
menunggu informasi dari orang lain tanpa melakukan usaha. Bahkan dari
hal ibadah, yang ingin terlihat oleh orang lain.
Padahal, semua rezeki itu Allah SWT-lah yang mengaturnya. Allah pasti
memberikan rezeki kepada setiap hambanya, jika ia pun mau untuk
berusaha. Dan dengan hanya ibadah karena Allah Ta’ala, hidup akan merasa
tenang dan nyaman. Itulah keyakinan yang dipegang oleh seekor semut
berikut ini.
Di zaman Nabi Sulaiman terjadilah suatu peristiwa, waktu itu Nabi
Sulaiman melihat seekor semut melata di atas batu; lantas Nabi Sulaiman
merasa takjub dan heran bagaimana semut tersebut bisa bertahan hidup di
atas batu yang kering di tengah-tengah padang pasir yang gersang dan
tandus. Nabi Sulaiman pun bertanya kepada semut itu, “ Wahai semut
bagaimana cara kamu dapat makanan? Apakah kamu yakin bisa memperoleh
makanan yang cukup untuk kamu bisa bertahan hidup?”
Semut pun menjawab, “Rezeki di tangan Allah, aku percaya rezeki di
tangan Allah, aku yakin di atas batu kering di padang pasir yang tandus
seperti ini pun pasti tersedia rezeki untuk ku.”
Lantas Nabi Sulaiman pun bertanya, “Wahai semut, seberapa banyakkah
engkau makan? Jenis makanan apakah yang engkau sukai? Dan berapa banyak
makanan yang engkau makan dalam satu bulan?”
Jawab semut, “Aku makan hanya sekadar sebiji gandum setiap satu bulan.”
Nabi Sulaiman pun kemudia berkata, “Kalau kamu makan hanya sebiji
gandum sebulan tidak lah sulit bagimu melata di atas batu, aku bahkan
bisa membantumu.” Nabi Sulaiman pun mengambil sebuah kotak, dia angkat
semut itu dan dimasukkan ke dalamnya; kemudian Nabi mengambil gandum
sebiji, dibubuhkan kedalam kotak dan kemudian di tutup lah kotak
tersebut.
Kemudian Nabi meninggalkan semut di dalam kotak yang tertutup dengan
sebiji gandum didalamnya untuk jatah makanan semut selama satu bulan.
Akhirnya satu bulan kemudian Nabi Sulaiman kembali untuk bertemu dan
melihat keadaan sang semut. Terlihatlah gandum yang sebiji hanya dimakan
setengah saja oleh si semut, lantas Nabi Sulaiman berkata dengan suara
yang meninggi, “Kamu rupanya berbohong padaku! Bulan lalu kamu katakan
kamu makan sebiji gandum sebulan, ini sudah sebulan lewat tapi kamu
hanya makan setengahnya.”
Jawab semut, “Aku tidak berbohong, aku tidak berbohong, kalau aku ada
di atas batu aku pasti makan apapun sehingga banyaknya sama seperti
sebiji gandum untuk satu bulan, itu karena makanan yang aku cari sendiri
dan rezeki itu datangnya dari Allah dan Allah tidak pernah lupa padaku.
Tetapi bila kamu masukkan aku dalam kotak yang tertutup, rezekiku
bergantung padamu dan aku tak percaya kepada mu, itulah sebabnya aku
makan setengah saja supaya tahan dua bulan. Aku takut kamu lupa.”
Akhirnya Nabi Sulaiman tersenyum dan mengerti dengan penjelasan semut tersebut.
Demikianlah seekor semut sahabat Nabi Sulaiman telah mengajarkan kita
makna hakiki sebuah kemerdekaan, sebuah kemandirian. Kebebasan yang
sejati adalah manakala kita hanya menggantungkan keyakinan diri kita
hanya kepada Tuhan sang Khalik, Sang Pencipta. Dan tidak menggantungkan
diri kita kepada selainNya, yang bernama makhluk, yang diciptakan.
Inilah harga diri yang mesti kita tanamkan, inilah martabat dan
kemulyaan orang yang beriman. Dengan keyakinan tersebut sejarah mencatat
peradaban umat manusia telah ditulis dengan tinta emas betapa kemulyaan
perjuangan para Nabi yang diwariskan kepada umat manusia. Inilah
prinsip perjuangan seluruh Nabi untuk menundukkan diri hanya kepada
Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi Nya.
KLICK >>> SAMBUNGAN II
sumber:islampos.com
0 Response to "[Motivasi] Belajar dari Seekor Semut yang Taat (1)"
Post a Comment