Ilustrasi. (Foto : favim.com)
Lalu suamiku pindah kerjaan di daerah timur Arab Saudi. Sehingga ia berangkat kerja selama seminggu (di tempat kerjanya) dan pulang tinggal bersama kami seminggu. Hingga akhirnya setelah 3 tahun, dan putriku telah berusia 4 tahun…
Pada suatu hari yaitu tanggal 9 Ramadhan tahun
1395 H tatkala ia dalam perjalanan dari kota kerjanya menuju rumah kami
di Riyadh ia mengalami kecelakaan, mobilnya terbalik. Akibatnya ia
dimasukkan ke Rumah Sakit, ia dalam keadaan koma. Setelah itu para
dokter spesialis mengabarkan kepada kami bahwasanya ia mengalami
kelumpuhan otak. 95 persen organ otaknya telah rusak.
Kejadian ini
sangatlah menyedihkan kami, terlebih lagi kedua orang tuanya lanjut
usia. Dan semakin menambah kesedihanku adalah pertanyaan putri kami
(Asmaa’) tentang ayahnya yang sangat ia rindukan kedatangannya. Ayahnya
telah berjanji membelikan mainan yang disenanginya…
Kami senantiasa bergantian menjenguknya di Rumah Sakit, dan ia tetap
dalam kondisinya, tidak ada perubahan sama sekali. Setelah lima tahun
berlalu, sebagian orang menyarankan kepadaku agar aku cerai darinya
melalui pengadilan, karena suamiku telah mati otaknya, dan tidak bisa
diharapkan lagi kesembuhannya. Yang berfatwa demikian sebagian syaikh
-aku tidak ingat lagi nama mereka- yaitu bolehnya aku cerai dari suamiku
jika memang benar otaknya telah mati. Akan tetapi aku menolaknya,
benar-benar aku menolak anjuran tersebut.
Aku tidak akan cerai darinya selama ia masih ada di atas muka bumi
ini. Ia dikuburkan sebagaimana mayat-mayat yang lain atau mereka
membiarkannya tetap menjadi suamiku hingga Allah melakukan apa yang
Allah kehendaki.
Akupun memfokuskan konsentrasiku untuk mentarbiyah putri kecilku. Aku
memasukannya ke sekolah tahfiz al-Quran hingga akhirnya iapun menghafal
al-Qur’an padahal umurnya kurang dari 10 tahun. Dan aku telah
mengabarkannya tentang kondisi ayahnya yang sesungguhnya. Putriku
terkadang menangis tatkala mengingat ayahnya, dan terkadang hanya diam
membisu.
Putriku adalah seorang yang taat beragama, ia senantiasa sholat pada
waktunya, ia sholat di penghujung malam padahal sejak umurnya belum 7
tahun. Aku memuji Allah yang telah memberi taufiq kepadaku dalam
mentarbiyah putriku, demikian juga neneknya yang sangat sayang dan dekat
dengannya, demikian juga kakeknya rahimahullah.
Pada suatu hari di tahun 1410 H, putriku berkata kepadaku : Ummi biarkanlah aku malam ini tidur bersama ayahku…
Setelah keraguan menyelimutiku akhirnya akupun mengizinkannya.
Putriku bercerita :
Aku duduk di samping ayah, aku membaca surat Al-Baqoroh hingga
selesai. Lalu rasa kantukpun menguasaiku, akupun tertidur. Aku mendapati
seakan-akan ada ketenangan dalam hatiku, akupun bangun dari tidurku
lalu aku berwudhu dan sholat –sesuai yang Allah tetapkan untukku-.
Lalu sekali lagi akupun dikuasai oleh rasa kantuk, sedangkan aku
masih di tempat sholatku. Seakan-akan ada seseorang yang berkata
kepadaku, “Bangunlah…!!, bagaimana engkau tidur sementara Ar-Rohmaan
(Allah) terjaga??, bagaimana engkau tidur sementara ini adalah waktu
dikabulkannya doa, Allah tidak akan menolak doa seorang hamba di waktu
ini??”
Akupun bangun…seakan-akan aku mengingat sesuatu yang terlupakan…lalu
akupun mengangkat kedua tanganku (untuk berdoa), dan aku memandangi
ayahku –sementara kedua mataku berlinang air mata-. Aku berkata dalam
do’aku, “Yaa Robku, Yaa Hayyu (Yang Maha Hidup)…Yaa ‘Adziim (Yang Maha
Agung)..,
Yaa Jabbaar (Yang Maha Kuasa)…, Yaa Kabiir (Yang Maha Besar)…,
Yaa Mut’aal (Yang Maha Tinggi)…,
Yaa Rohmaan (Yang Maha Pengasih)…, Yaa
Rohiim (Yang Maha Penyayang)…, ini adalah ayahku, seorang hamba dari
hamba-hambaMu, ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah bersabar,
kami Memuji Engkau…, kemi beriman dengan keputusan dan ketetapanMu
baginya…
Ya Allah…, sesungguhnya ia berada dibawah kehendakMu dan kasih
sayangMu.., Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari
penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya…Yang
telah menyelamatkan Nabi Yuunus dari perut ikan paus, Engkau Yang telah
menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi
Ibrahim…sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya…
Ya Allah…sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasanya ia tidak
mungkin lagi sembuh…Ya Allah milikMu-lah kekuasaan dan keagungan,
sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya…”
Lalu rasa kantukpun menguasaiku, hingga akupun tertidur sebelum subuh.
Tiba-tiba ada suara lirih menyeru.., “Siapa engkau?, apa yang kau
lakukan di sini?”. Akupun bangun karena suara tersebut, lalu aku
menengok ke kanan dan ke kiri, namun aku tidak melihat seorangpun. Lalu
aku kembali lagi melihat ke kanan dan ke kiri…, ternyata yang bersuara
tersebut adalah ayahku…
Maka akupun tak kuasa menahan diriku, lalu akupun bangun dan
memeluknya karena gembira dan bahagia…, sementara ayahku berusaha
menjauhkan aku darinya dan beristighfar. Ia barkata,
“Ittaqillah…(Takutlah engkau kepada Allah….), engkau tidak halal
bagiku…!”. Maka aku berkata kepadanya, “Aku ini putrimu Asmaa'”. Maka
ayahkupun terdiam. Lalu akupun keluar untuk segera mengabarkan para
dokter. Merekapun segera datang, tatkala mereka melihat apa yang terjadi
merekapun keheranan.
Salah seorang dokter Amerika berkata –dengan bahasa Arab yang tidak
fasih- : “Subhaanallahu…”. Dokter yang lain dari Mesir berkata, “Maha
suci Allah Yang telah menghidupkan kembali tulang belulang yang telah
kering…”. Sementara ayahku tidak mengetahui apa yang telah terjadi,
hingga akhirnya kami mengabarkan kepadanya. Iapun menangis…dan berkata,
اللهُ خُيْرًا حًافِظًا وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ Sungguh Allah
adalah Penjaga Yang terbaik, dan Dialah yang Melindungi orang-orang
sholeh…, demi Allah tidak ada yang kuingat sebelum kecelakaan kecuali
sebelum terjadinya kecelakaan aku berniat untuk berhenti melaksanakan
sholat dhuha, aku tidak tahu apakah aku jadi mengerjakan sholat duha
atau tidak..??
Sang istri berkata : Maka suamiku Abu Asmaa’ akhirnya kembali lagi
bagi kami sebagaimana biasnya yang aku mengenalinya, sementara usianya
hampir 46 tahun. Lalu setelah itu kamipun dianugerahi seorang putra,
Alhamdulillah sekarang umurnya sudah mulai masuk tahun kedua. Maha suci
Allah Yang telah mengembalikan suamiku setelah 15 tahun…, Yang telah
menjaga putrinya…, Yang telah memberi taufiq kepadaku dan
menganugerahkan keikhlasan bagiku hingga bisa menjadi istri yang baik
bagi suamiku…meskipun ia dalam keadaan koma…
Maka janganlah sekali-kali kalian meninggalkan do’a…, sesungguhnya
tidak ada yang menolak qodoo’ kecuali do’a…barang siapa yang menjaga
syari’at Allah maka Allah akan menjaganya.
Jangan lupa juga untuk berbakti kepada kedua orang tua… dan hendaknya
kita ingat bahwasanya di tangan Allah lah pengaturan segala sesuatu…di
tanganNya lah segala taqdir, tidak ada seorangpun selainNya yang ikut
mengatur…
Ini adalah kisahku sebagai ‘ibroh (pelajaran), semoga Allah
menjadikan kisah ini bermanfaat bagi orang-orang yang merasa bahwa
seluruh jalan telah tertutup, dan penderitaan telah menyelimutinya,
sebab-sebab dan pintu-pintu keselamatan telah tertutup…
Maka ketuklah pintu langit dengan do’a, dan yakinlah dengan pengabulan Allah….
Demikianlah….Alhamdulillahi Robbil ‘Aaalamiin (SELESAI…)
Demikianlah….Alhamdulillahi Robbil ‘Aaalamiin (SELESAI…)
Cukup ketuklah pintunya dengan doamu yang tulus…
Hiaslah do’amu dengan berhusnudzon kepada Allah Yang Maha Suci
Lalu yakinlah dengan pertolongan yang dekat dariNya…
(sumber : http://www.muslm.org/vb/archive/index.php/t-416953.html , Diterjemahkan oleh Firanda Andirja)
0 Response to "[Kisah Nyata] 15 Tahun Suami Koma, Istri Sholehah Tetap Setia"
Post a Comment