[ Kisah Nyata ] Warga Pedalaman Australia yang Jatuh Cinta Pada Islam

Dalam sebuah acara barbecue halal di Lismore, kota pedalaman di New South Wales, Australia, sejumlah warga Muslim setempat berbagi pengalaman mengenai kehidupan sebagai orang Islam di daerah itu. Inilah kisah mereka yang disampaikan ke jurnalis ABC Samantha Turnbull. 
 
1. Amber Rashidi

Amber Rashidi (kiri) dan ibunya yang Vikki Crook dalam acara barbecue halal di Lismore, New South Wales.
Amber Rashidi (kiri) dan ibunya yang Vikki Crook dalam acara barbecue halal di Lismore, New South Wales.

Amber masuk Islam delapan tahun silam setelah bertemu dengan seorang pria Muslim. "Kami mulai serius dan saya pun ingin tahu agama yang dia anut serta apa yang saya juga percayai. Saya jatuh cinta pada Islam dan keindahan dalam agama ini," katanya.

Amber kini mengenakan pakaian jenis niqab, abaya atau pun hijab panjang setiap kali keluar rumah. "Saya mengalami diskriminasi hampir setiap hari, tapi saya tidak mau menanggapinya sebab saya sudah bahagia dengan diri saya dan tahu orang itu hanya tidak mengerti tentang Islam yang sebenarnya," ujarnya.

"Saya menjadi sasaran karena pakaian yang saya kenakan sangat menonjol. Kami pun sangat berhati-hati memilih tujuan jika ingin bepergian di Australia," katanya.

Amber mencontohkan dia misalnya lebih memilih ke kebun raya karena percaya orang yang menghargai wangi bunga tentunya tidak akan mempersoalkan pakaian yang dikenakan Amber.

"Jika anda pergi ke tempat yang dipenuhi orang minum-minum, kemungkinan ada yang akan mengatai anda. Makanya harus memperhatikan pakaian yang dikenakan serta anak-anak yang mungkin akan terpengaruh," katanya.

Menurut Amber, ibunya Vikki Crook, telah menjadi seorang penganut Kristiani yang taat bersamaan saat Amber menjadi seorang Muslimah. "Ibuku luar biasa dan sangat menerima saya. Dia pun menemukan Tuhan, dan saya pun menemukan Tuhan, dan kami suka berdiskusi tentang Tuhan," ujarnya.

Vikki Crook mengaku senang saat anaknya masuk Islam. "Waktu dia bilang ingin pakai hijab, saya setuju saja. Saya menghargai agamanya. Saya kini sangat bangga dengan dia," ujarnya.

Namun Crook mengaku khawatir bagaimana anak dan cucu-cucunya mengalami diskriminasi. "Tapi Amber mampu meyakinkan orang dan bisa membuat orang lain melihat sisi berbeda dari agama yang dianut Amber," katanya.

2. Abdul Aziz 
Amber Rashidi (kiri) dan ibunya yang Vikki Crook dalam acara barbecue halal di Lismore, New South Wales.
Abdul Aziz, ketua Asosiasi Muslim Northern Rivers yang menyelenggarakan acara barbecue halal di Lismore.

Abdul Aziz, Ketua Asosiasi Muslim Northern Rivers berasal dari Dubai dan pindah ke Kota Dubbo pada 2005. Aziz datang ke Australia dengan visa kerja profesional (visa 457) sebagai insinyur elektro. Kini dia punya bisnis sendiri di Lismore.

"Saya sangat cinta kota ini karena keberagaman, berwarna-warni, dan masyarakatnya lebih toleran. Diskriminasi sebenarnya terjadi dimana saja. Saya mengalaminya saat lahir di Pakistan. Begitu pula saya tinggal di Dubai," ujarnya.

Aziz selalu berharap bisa menunjukkan Islam yang sebenarnya kepada warga sekitarnya. "Saya berharap media bisa menunjukkan sisi baik dari masyarakat Islam. Memang pasti ada domba hitam di antara domba-domba yang putih," katanya.

3. Abbey Hodson 

Amber Rashidi (kiri) dan ibunya yang Vikki Crook dalam acara barbecue halal di Lismore, New South Wales.
Abbey Hodson ikut aktif dalam Asosiasi Muslim Northern Rivers.
Abbey Hodson masuk Islam empat tahun lalu setelah melakukan pencarian makna hidup dan jati dirinya.
"Saya sebelumnya termasuk yang tidak suka dengan agama dan setiap ketemu orang Islam selalu ada resistensi dalam diri saya, misalnya jangan bicara konsep setan dan malaikat dengan saya atau konsep lainya yang membuat saya tidak nyaman," tuturnya.

  
"Saya merenung dan berpikir, saya tidak akan pernah bisa menjalin hubungan dengan orang lain jika saya tidak mau membuka diri dan menantang diri sendiri. Ini proses yang panjang dan lamban," kata Abbey.
"Mungkin saya mencari makna hidup saya sendiri dan sampai saat itu saya belum menemukannya," ujarnya. "Saya menemukan Islam menjawab banyak pertanyaan saya dan memberi tuntunan mengenai kehidupan sehari-hari.



Abbey mengaku terkadang merasakan tatapan orang lain yang mungkin merasa aneh melihat Abbey, seorang Anglo-Saxon tapi Muslimah. "Umumnya orang mendekati saya untuk bertanya lebih jauh, dan hal ini saya suka. Kalau ada yang tatapannya jelek, saya hanya menduga bahwa karena saya orang kulit putih. Orang punya pikiran sendiri tapi kita tahu kalau tidak ada dialog," kata Abbey.

Sebelumnya Abbey mengaku selalu khawatir saat ingin bertemu dengan Muslim dari Timur Tengah.
"Saya selalu takut karena saya pikir mereka pasti menghakimi saya atau saya bingung tidak tahu mau bicara apa dengan mereka. Namun pengalaman saya menunjukkan mereka umumnya ramah, dari manapun asalnya, Pakistan, Yordania, Australia. Sekarang saya tahu jika melihat orang yang tampaknya Muslim di taman, saya yakin mereka akan bersahabat, hangat dan menerima," katanya.

4. Geoff Lawton 

Amber Rashidi (kiri) dan ibunya yang Vikki Crook dalam acara barbecue halal di Lismore, New South Wales.
Geoff Lawton (Jamal Al Deen) masuk Islam tahun 2003 dan belakangan menikah Nadia Lawton asal Yordania.
Geoff Lawton (Jamal Al Deen) menikah dengan perempuan kelahiran Yordania, Nadia Lawton pada 2004. Geoff telah memeluk Islam pada 2003. Dia pernah bekerja di bidang kemanusiaan Irak dan memutuskan masuk Islam.

"Saya tidak tahu banyak tentang agama Islam, dan saya tidak pernah ke masjid. Makanya saya putuskan untuk memahaminya lebih baik karena saya akan ke wilayah perang," katanya.

"Semakin saya bertanya-tanya, semakin menarik dan indah jadinya dan saya sadar agama ini sebenarnya dimulai dengan kata 'salaam', artinya damai. Mungkin terdengar seperti suara alternatif dan hippie, semacam kata-kata, 'may the force be with you'," ujarnya.

"Saya makin mendalami agama ini dan terbawa ke dalam situasi dimana saya sadari betapa banyaknya hal yang tidak mencerminkan Islam dan dipandang sebagai Islam," kata Geoff.

Dia mengaku kaget ketika mengetahui betapa Islam menjamin kebebasan. "Anda bisa memilih, dan ada kemudahan-kemudahan jika misalnya anda bepergian. Inilah jalan hidup yang penuh kemudahan dan serba fleksibel. Sangat berbeda dengan yang digambarkan di media massa," katanya.

Geoff mengaku merasa istimewa setelah menemukan Islam dalam hidupnya. "Saya menjalani kehidupan dengan lebih damai, sedikit konflik dan lebih sedikit lagi kerumitan hidup. Juga jauh lebih mudah menjalani kehidupan yang saya anggap kehidupan yang layak," katanya.

Istri Geoff, Nadia Lawton mengatakan dia tidak mengalami masalah tinggal di Australia. "Saat saya tiba di sini saya sudah bertekad harus membuka hati dan pikiran dan menyerap semuanya. Saya mengamati semua orang dan berteman dengan siapa saja dan sepertinya semua orang di Lismore tahu saya," ujar Nadia.

Dia mengatakan tidak mau banyak menghabiskan waktu mengikuti berita dari Timur Tengah karena penggambaran Islam di media tidaklah tepat. "Islam tidak pernah mengajarkan bunuh diri atau membunuh orang lain yang tak berdosa. Kami tidak setuju dengan semua itu," katanya.



Sumber :republika
Silakan share jika bermanfaat >>>

0 Response to "[ Kisah Nyata ] Warga Pedalaman Australia yang Jatuh Cinta Pada Islam"