Ada sebagian orang yang berpikir bahwa sifat cemburu hanyalah milik seorang suami. Padahal dalam berumah tangga, sifat itu harus dimiliki oleh sepasang suami-istri, kemudian sifat itu harus diterjemahkan dalam sikap yang tepat; sesuai kadar, tidak kurang ataupun lebih.
Ilustrasi. (Foto : cbsnews.com)
Tiadanya sifat cemburu yang diterjemahkan dalam sikap bisa
berakibat fatal dalam rumah tangga seseorang. Seorang suami yang sedikit
atau kurang rasa cemburunya, bisa menjadi sebab terjerumusnya istri
dalam pergaulan tanpa batas yang muara akhirnya adalah dosa dan neraka.
Begitu juga bagi seorang istri. Andai ia tak memiliki sifat
cemburu, maka ia-sengaja atau tidak-telah melakukan pembiaran terhadap
suaminya yang mulai mengenali dosa, tertarik dan kemudian hobi melakukan
maksiat. Na’udzubillah.
Ironisnya, di zaman yang katanya serba canggih ini, padahal
sebenarnya jahiliyah, seorang istri kurang respek, bahkan cenderung
mendukung suaminya hingga masuk ke dalam perangkap maksiat.
Bentuknya, bisa jadi amat sederhana, bahkan-sekali lagi-tak disadari.
Misalnya seorang istri yang memiliki hobi mendengarkan musik dan
video lagu dangdut dengan penyanyi yang mengumbar aurat. Bukan hanya
dengan pakaian yang tak pantas dan ala kadarnya, para penyanyinya juga
berjoget erotis sehingga bangkitkan syahwat penontonnya.
Mulanya, barangkali sang istri hanya ingin mengenalkan apa yang ia
sukai kepada suaminya. Namun, sejatinya hal ini adalah awal timbulnya
petaka di keluarga itu.
Sebab sering memutar lagu yang liriknya pun tak mengandung
kebaikan, ditambah dengan pakaian dan goyangan pengundang nafsu setan,
akhirnya sang suami merasa biasa, menikmati, dan akhirnya ketagihan.
Lantaran ketagihan inilah, sang suami jadi membandingkan apa yang
dimiliki oleh istrinya dengan apa yang ia saksikan di layar kaca. Sang
suami pun semakin terjerumus dengan mengumbar pandangan, mulai mencari
objek lain yang tak terhalang lensa.
Dalam tahap ini, ketika nafsu jahat telah merasuki pikiran dan
hatinya, barulah sang istri menyadari kesalahannya; bahwa dialah yang
awalnya menjadi musabab.
Itu hanyalah satu contoh, dan bentuk lainnya amat banyak. Misalnya,
tak memberi nasihat kepada suami saat ia tak tundukkan pandangan,
sering mengajak suami ke tempat perbelanjaan yang banyak didapati wanita
berpakaian terbuka, hingga saat suami sibuk dengan gadget dengan dalih
cuci mata, padahal sebenarnya telah mengotori mata, pikiran dan hatinya.
Sumber
0 Response to "Istri yang Jerumuskan Suaminya ke Dalam Dosa"
Post a Comment